Liputan6.com, Jakarta - Elon Musk menghapus akun Facebook dua perusahaan miliknya, SpaceX dan Tesla. Hal tersebut berawal dari percakapannya dengan pendiri WhatsApp, Brian Acton, di Twitter.
"Ini adalah waktunya #hapusfacebook" tulis Brian Acton pada 20 Maret 2018.
Lalu Musk menyahuti cuitan tersebut pada 23 Maret 2018 dengan menulis, "Facebook apa?"
Advertisement
What’s Facebook?
— Elon Musk (@elonmusk) March 23, 2018
Sejumlah pengguna Twitter lain pun meminta Elon Musk untuk menghapus akun Facebook SpaceX. Dia pun menyebut akan menghapusnya.
Baca Juga
"Aku tak sadar ada akunnya. Akan kuhapus," jawab Musk.
I didn’t realize there was one. Will do.
— Elon Musk (@elonmusk) March 23, 2018
Musk juga diminta untuk menghapus akun Tesla di Facebook. Ia pun menjawab akan menghapusnya dengan menyebutnya jelek.
"Tentu saja. Terlihat jelek juga," jawab Musk.
Definitely. Looks lame anyway.
— Elon Musk (@elonmusk) March 23, 2018
Seorang pengguna Twitter dengan nama akun @RMac18 kemudian mengecek akun SpaceX dan Tesla di Facebook. Terbukti, Elon Musk menghapus dua akun itu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Skandal Cambridge Analytica, Tagar Delete Facebook Mendunia
Skandal Cambridge Analytica, yang melibatkan pencurian data pribadi penggunaan Facebook, memicu naiknya popularitas tanda pagar (tagar) #DeleteFacebook di Twitter sejak Selasa, 20 Maret 2018.
Tagar tersebut pertama kali ditwit oleh salah seorang pendiri WhatsApp, Brian Acton, dari akun Twitter atas namanya yang belum terverifikasi, demikian dilansir dari Cnet.com.
Tagar #DeleteFacebook mendunia karena berkaitan dengan terkuaknya skandal pencurian data pribadi pengguna Facebook oleh konsultan politik Cambridge Analytica, yang dituding menggunakannya sebagai upaya memenangi Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat 2016 lalu.
Hingga berita ini ditulis, tagar #DeleteFacebook telah hampir menyentuh angka 1.000 kali unggah pasca-twit pertamanya pada Selasa malam waktu Amerika Serikat (AS), atau pagi hari waktu Indonesia bagian barat.
Kicauan yang diunggah oleh Acton itu dianggap penting mengingat posisi WhatsApp sebagai aplikasi berkirim pesan terbesar di dunia saat ini. Penjualannya ke Facebook pada 2014 lalu bernilai fantastis, yakni mencapai hampir US$ 19 miliar, atau sekitar Rp 261 triliun.
Facebook telah mengalami kecaman luas usai munculnya pemberitaan skandal Cambridge Analytica oleh The New York Times, The Guardian, dan stasiun televisi Channel 4.
Terungkapnya skandal ini mencuatkan nama Aleksandr Kogan, analis utama pada firma konsultan politik Cambridge Analytica, yang membocorkan informasi lebih dari 50 juta pengguna Facebook untuk kepentingan politis di beberapa negara.
Konon, Facebook telah mengetahui upaya pencurian tersebut pada 2015, tapi belum juga membahasnya secara terbuka hingga mulai terkuaknya skandal terkait pada akhir pekan lalu.
Advertisement