Liputan6.com, Baghdad - Aliyah Khalaf Saleh telah kehilangan suami, seorang putra dan keponaka kala teror ISIS melanda Irak utara pada tahun 2014.
Maka, ketika sekelompok kadet militer melarikan diri ke komunitas Aliyah yang berada di dekat Tikrit untuk menghindari ISIS, ia mempertaruhkan segalanya untuk menyelamatkan mereka.
Pada Juni 2014, militan membantai ratusan Muslim Syiah terutama dari pangkalan militer Speicher di dekatnya.
Advertisement
"Mereka kabur dari Camp Speicher ke Baghdad, ketika mereka menemukan ISIS membunuh rekan-rekan mereka," katanya kepada AFP, seperti dikutip al Arabiya pada Senin (26/3/2018).
Para pemuda itu mundur 20 kilometer ke suatu daerah Aliyah yang kala itu bertikai dengan militan. Ia membawa membawa mereka masuk.
"Ada Kurdi dan Irak, Muslim, Yazidi dan Kristen," kenangnya. "Aku membawa mereka ke rumahku."
Baca Juga
Dia memberikan pakaian wanita kepada beberapa pria muda dan menyembunyikannya di tempat khusus wanita di ladangnya. Lainnya menggali lubang di hutan.
Militan ISIS sedang mencari mangsa, maka Aliyah memberi 58 pria itu kartu identitas universitas dengan nama lokal.
Bagi yang Syiah, Aliyah mengajarkan cara beribadah seperti Sunni, agar aman.
Dan lebih dari lima bulan, Aliyah berhasil menyelundupkan mereka dengan aman ke kota Kirkuk yang sudah dikuasai pejuang Kurdi. Mereka disembunyikan di dalam truk, dikelilingi oleh para perempuan.
"Awalnya, para teroris itu tak peduli dengan wanita," ucapnya
Aliyah berhasil menyelamatkan 58 pria sebelum mata-mata ISIS mengetahui apa yang dia telah perbuat. Dan sebelum ditangkap, Aliyah pun berhasil kabur.
Keluarga Aliyah-- anak lelakinya yang selamat dengan para istri dan anak-anaknya, total 25 orang-- kabur berjalan kaki di malam hari.
Usai ISIS ditaklukan, pemerintah Irak akhirnya mengetahui apa yang dia lakukan dan diberi penghargaan.
Sebagai seorang sunni, Aliyah menerima penghargaan tertinggi Syiah dan medali nasional. Namun, bukan itu saja yang membuatnya bahagia.
"Tuhan mengambil suami, anak lelaki dan keponakan laki-laki saya. Namun, Dia mengembalikannya lewat para pemuda itu untuk saya," ucapnya.
Setelah pertempuran melawan ISIS usai, banyak dari pemuda yang berhasil dia selamatkan menemuinya. Mengucapkan terima kasih. Kisahnya pun membangkitkan harapan.
"Mereka mendatangiku saat aku berkunjung dalam rangka konferensi di Baghdad...," ujar Aliyah.
"Dua di antara mereka baru menikah. Saya hadir di pernikahan mereka dan menjadi orang paling bahagia di sana," kata Aliyah seraya mengusap air matanya.
Â
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Diberi Penghargaan oleh Melania Trump
Aliyah mendapat penghargaan lagi pada Jumat 23 Maret dari Departemen Luar Negeri AS di Washington, sebagai International Woman of Courage.
Bersama sembilan wanita pemberani lainnya, masing-masing dengan kisah mereka sendiri, ia menerima penghargaan dari First Lady Melania Trump.
"Mengakui International Woman of Courage, kami membela apa yang benar," kata Nyonya Trump kepada para tamu.
"Ketika menceritakan kisah mereka, kita dapat mengajari wanita dan gadis muda di seluruh dunia apa artinya memiliki keberanian dan menjadi pahlawan," lanjut Melania.
Bagi Aliyah, pergi ke Washington dan mendapat penghargaan adalah hal yang nyaris tak terbayangkan. Dia seorang wanita Irak yang menikah pada usia 13 tahun dan hidup melalui kediktatoran, penjajahan dan teror.
Tapi, ketika para wanita berkumpul untuk foto grup mereka, Aliyah memimpin mereka semua dalam tawa, menggerakkan tangan untuk menjembatani perbedaan bahasa.
"Saya awalnya enggan datang. Saya juga sangat lelah, tetapi saya merasa jauh lebih baik sekarang," katanya sebelum upacara penghargaan.
"Orang-orang tersenyum pada saya di jalan. Itu seperti senyuman yang menyegarkan diri dan membuat Anda merasa aman serta nyaman," ujarnya lagi.
"Orang-orang di Irak belum dapat tersenyum selama bertahun-tahun sekarang. Yang kami lakukan adalah menangis dan merasa sedih."
Advertisement