Sukses

Viral, Foto Ibu Ujian Sambil Gendong Bayi di Afghanistan

Sambil duduk di lantai dan memangku sang bayi, wanita Afghanistan ini fokus pada kertas ujian masuk perguruan tinggi. Fotonya saat itu pun jadi viral di media sosial.

Liputan6.com, Kabul - Demi menggapai cita-citanya menimba ilmu di universitas, seorang petani Afghanistan, Jahantab Ahmadi rela mengerjakan ujian sambil menggendong bayinya.

Seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (26/3/2018), ia duduk di lantai sambil memangku sang bayi. Sementara ia fokus pada kertas ujian masuk sebuah perguruan tinggi di ibu kota Afghanistan.

Foto yang diambil oleh seorang profesor di universitas swasta Nasir Khusraw di Afghanistan tengah itu kemudian menjadi viral.

Potret Ahmadi menuai pujian karena di negaranya sebagian besar wanita buta huruf dan diperlakukan sebagai warga negara kelas dua. Gambar itu juga memicu luapan kekaguman banyak orang, tawaran bantuan keuangan untuk ibu tiga anak berusia 25 tahun tersebut pun berdatangan.

"Aku tak ingin studiku terputus," kata Ahmadi yang berasal dari desa pertanian terpencil di Provinsi Daikundi. Hidupnya bergantung dari gandum, jagung dan kentang memberikan penghasilan sedikit.

"Aku ingin bekerja di luar rumah. Aku ingin menjadi dokter, seseorang yang melayani wanita di komunitas atau masyarakatku."

Usaha Ahmadi jauh-jauh dari kampung halaman tak sia-sia. Ia lulus ujian setelah melakukan perjalanan berat mencapai ibu kota Provinsi Nili - dua jam berjalan kaki melintasi gunung dan sembilan jam di angkutan umum dengan jalan bergelombang.

Ia bahkan mendapatkan bantuan dana. Kampanye online GoFundMe yang diluncurkan oleh Asosiasi Pemuda Afganistan untuk membantu membayar biaya universitasnya sejauh ini telah mengumpulkan lebih dari US $ 14.000 - sebuah keberuntungan di negara dengan sekitar 39 persen penduduk hidup dalam kemiskinan.

Awalnya Ahmadi merasa bingung kenapa begitu banyak orang perhatian kepadanya setelah ia ikut ujian sambil menggendong sang bayi, Khizran pada Februari lalu. Sekitar sebulan kemudian, barulah ia mengetahui alasannya.

"Teman-temanku di desa memberitahuku dan bilang 'kamu difoto'. Aku bilang 'aku tidak tahu pernah difoto' dan mereka bilang 'kamu sedang berkonsentrasi ujian'," jelas Ahmadi sambil tersenyum malu.

Ahmadi mengaku awalnya ujian tersebut diadakan di luar ruangan. Ia duduk di kursi dengan Khizran di pangkuannya.

Tetapi bayinya tengah sakit telinga dan tak berhenti menangis. Untuk membuatnya tenang dan tidak mengganggu orang lain, akhirnya Ahmadi duduk di lantai sambil terus mengerjakan ujian.

"Aku harus berkonsentrasi pada bayiku dan mengerjakan tes," katanya.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

2 dari 2 halaman

Menuai Pujian dan Bantuan

Kisah Ahmadi kemudian tersebar luas ke media sosial di seluruh negeri, dan menuai pujian atas tekad kuatnya untuk menimba ilmu.

"Anda adalah seorang juara dunia sejati, Anda telah menunjukkan bahwa seorang gadis Hazara dapat melakukan apa saja dalam segala kondisi atau keadaan," tulis Nazar Hussein Akbari di Facebook mengacu pada etnis Ahmadi.

Pengguna lainnya mengomentari, "Saya harap wanita pekerja keras ini bisa mencapai tujuannya."

Aktivis hak-hak perempuan Afghanistan Zahra Yagana juga terkesan dengan Ahmadi. Dia menghubunginya lalu membuatnya yakin untuk datang ke Kabul dan belajar.

Ahmadi dan keluarganya tinggal bersama Yagana ketika Ahmadi masuk ke universitas swasta di ibu kota Afghanistan.

"Jika dia harus belajar di Daikundi, itu akan sulit baginya," kata Yagana.

"Standar pendidikannya rendah. Tidak ada asrama mahasiswa di Daikundi dan dia harus tinggal di rumah kontrakan."

"Kami akan memberinya rumah (di Kabul). Ada banyak teman yang berjanji untuk membantunya. Kami berusaha mencari pekerjaan untuk sang suami dan juga mengumpulkan uang untuk anak-anaknya sekolah."

Bagi Ahmadi, ini adalah pemenuhan impiannya.

"Tujuan hidupku adalah sekolah di universitas," kata Ahmadi, yang menyelesaikan sekolah menengah setelah menikah pada usia 18 tahun.

"Tetapi karena situasi ekonomi yang buruk dan kemiskinan, saya tidak bisa belajar selama tiga atau empat tahun."

Tingkat melek huruf di Afghanistan adalah salah satu yang terendah di dunia - hanya 36 persen, menurut angka resmi. Ini jauh lebih rendah untuk wanita.

"Aku tak mau tertinggal," tegasnya.