Liputan6.com, Wellington - Kunjungan Presiden Joko Widodo atau Jokowi ke Wellington, Selandia Baru, telah berlangsung pekan lalu.
Namun begitu, masih banyak yang bertanya apa saja yang diperbincangkan Presiden dengan para mahasiswa asal Papua ketika acara jalan kaki bersama. Interaksi presiden dengan mahasiswa tersebut menjadi menarik karena belum pernah terjadi sebelumnya.
Presiden dan Ibu Iriana mengajak jalan kaki bersama para mahasiswa Indonesia yang ada di Wellington. Hadir 40 orang termasuk 18 mahasiswa asal Papua yang sedang menuntut ilmu di Negeri Kiwi.
Advertisement
Baca Juga
Di tengah perjalanan, Presiden memilih untuk berhenti dan duduk santai sejenak. Ke-18 mahasiswa Papua di Selandia Baru dan dari daerah lainnya itu pun duduk mengelilingi Presiden dan Ibu Negara.Â
Perbincanganpun berlangsung dalam suasana santai, akrab dan penuh canda tawa. Presiden Jokowi lebih memosisikan diri lebih sebagai kakak atau ayah dibanding sebagai kepala negara.
Presiden memulai perbincangan dengan mengatakan bahwa Indonesia itu negara besar dengan beragam suku, tradisi dan kekayaan. Kepada mereka, Presiden berpesan untuk belajar dengan baik dalam rangka membangun negara ketika kelak kembali.
Lebih lanjut, sang Presiden menyampaikan berbagai petuah berharga bagi para penerus bangsa itu.
Ini tiga hal yang diperbincangkan Jokowi bersama para mahasiswa Papua di Selandia Baru, seperti Liputan6.com kutip dari rilis KBRI Wellington, Rabu (28/3/2018).
1. Orang Papua Bisa Bekerja di Mana Saja
Presiden mempersilakan para mahasiswa untuk bertanya, beberapa dari mereka memanfaatkan momen langka tersebut secara antusias.
Marvey Ajoomi yang berasal dari Jayapura dan saat ini mengajar di International Pacific University (IPU) di Palmerston North bertanya tentang masa depan para mahasiswa setelah menyelesaikan kuliahnya dan kembali ke Papua.
Menjawab pertanyaan Marvey, Jokowi menyampaikan bahwa mereka bisa bekerja di BUMN, kantor-kantor pemerintah maupun swasta.Â
Menimpali Jokowi, Dubes RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya yang turut hadir dalam kesempatan itu menambahkan sekaligus menginformasikan kepada Presiden bahwa KBRI Wellington menjalin kerja sama dengan berbagai pihak di Indonesia dalam rangka penyaluran ke tempat-tempat kerja.
Salah satunya dengan Garuda Indonesia. Sudah ada kesepakatan antara pemerintah dan maskapai untuk menerima dua putri Papua lulusan sekolah penerbangan di Nelson untuk menjadi pilot.Â
Sementara itu,  saat ini empat lembaga penyiaran swasta di Indonesia juga berjanji menampung putra-putri terbaik papua untuk menjadi pembaca berita, pembawa acara dan reporter di stasiun televisi mereka.Â
Advertisement
2. Raja Ampat Akan Tetap Dibuat Alami
Seorang mahasiswa bertanya mengapa Raja Ampat dan objek-objek wisata di Papua tidak dipromosikan secara besar-besaran dan online seperti Bali dan Lombok.
Presiden merespons bahwa pemerintah sengaja tidak melakukan itu agar sektor wisata di Papua tetap alami, terjaga keasliannya dan terhindar dari kerusakan lingkungan seperti batu karang, tumbuhan laut dan lain sebagainya. Pemerintah tidak menginginkan terjadinya eksploitasi berlebihan di Raja Ampat.
Terkait pariwisata, Jokowi juga menjelaskan kepada mahasiswa tentang rencana penerbangan langsung Auckland, Selandia Baru - Sydney Australia, ke Biak.Â
3. Bagi Hasil dari Freeport
Freeport adalah isu yang tentu saja tidak terlewatkan dalam obrolan santai ini.
Seorang mahasiswa bertanya kapan akan disahkannya pembagian hasil pendapatan dari Freeport.
Presiden yang sudah tujuh kali berkunjung ke Papua ini mengatakan pengesahannya direncanakan bulan depan. Dari hasil 51 persen, 10 persen akan diberikan kepada Pemprov Papua.
Advertisement
Ratusan Pelajar Papua di Negeri Kiwi
Di Selandia Baru setiap tahunnya ada sekitar 150 pelajar dan mahasiswa asal Papua yang melanjutkan studinya di berbagai sekolah dan perguruan tinggi di berbagai kota.
Mereka adalah penerima beasiswa dari pemerintah Provinsi. Mereka selalu dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh KBRI. Dalam upacara peringatan HUT ke 72 Kemerdekaan RI tahun lalu, tiga dari empat petugas upacara adalah mahasiswa dari Papua.