Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Donald Trump mengatakan bahwa Arab Saudi barangkali harus membayar jika ingin pasukan Amerika Serikat tetap berada di Suriah.
"Kami hampir menyelesaikan tugas (mengalahkan ISIS), dan kami bertekad melakukannya dengan sangat cepat, berkoordinasi dengan pihak lainnya di daerah itu, seperti yang telah kami lakukan," kata Donald Trump pada Selasa, 3 April 2018, seperti dikutip dari aljazeera.com, Kamis (5/4/2018).
Baca Juga
"Arab Saudi sangat tertarik dengan keputusan kami dan saya sampaikan, 'Ya, Anda tahu, bila menginginkan kami tinggal, kemungkinan Anda harus membayar'," imbuhnya.
Advertisement
Sebelumnya, tepatnya pada Senin, 2 April 2018, Trump dikabarkan berbicara via telepon dengan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud. Keduanya membahas berbagai persoalan regional, termasuk rencana perdamaian antara Israel dan Palestina serta peluang untuk memperkuat kemitraan strategis Amerika Serikat dan Arab Saudi.
Namun, pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih terkait sambungan telepon antara Raja Salman dan Trump, sama sekali tidak menyinggung soal dana yang harus dikeluarkan Arab Saudi untuk membayar kehadiran pasukan AS di Suriah.
Demikian pula dengan pernyataan Gedung Putih soal kunjungan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohamed bin Salman, tidak membahas soal dana.
Â
Saksikan video pilihan berikut:
Trump Beda Pendapat dengan Para Menterinya?
Keinginan Donald Trump untuk memulangkan pasukan Amerika Serikat dari Suriah dipicu sejumlah alasan.
"Saya ingin keluar. Saya ingin membawa pasukan kita kembali ke rumah," ujar Presiden ke-45 Amerika Serikat itu.
Ia menambahkan, "Kita melakukan banyak hal di sana (Suriah), kita melakukannya atas banyak alasan, namun itu sangat mahal harganya bagi negara kita, dan itu membantu lebih banyak negara lain dibanding negara kita".
Tak hanya di Suriah, Trump juga mencerca intervensi Amerika Serikat di Timur Tengah dan biayanya yang terus meningkat.
"Coba pikir, US$ 7 triliun selama 17 tahun. Kita tidak mendapatkan apa-apa. Tidak ada apa-apa kecuali kematian dan kehancuran. Ini hal yang mengerikan. Jadi, inilah waktunya," ungkap orang nomor satu di Negeri Paman Sam tersebut.
"Kami sangat sukses melawan ISIS. Kami akan berhasil melawan siapapun secara militer. Tapi terkadang, ada waktunya untuk kembali ke rumah. Kami mempertimbangkan hal itu dengan sangat serius," imbuhnya.
Pernyataan Trump soal akan menarik pasukan Amerika Serikat dari Suriah dilaporkan bertentangan dengan pernyataan para menterinya. Menteri Pertahanan Jim Mattis dan Rex Tillerson, mantan Menteri Luar Negeri, tahun lalu mengatakan bahwa kehadiran pasukan AS abadi di Suriah.
Advertisement