Liputan6.com, Washington DC - Seorang ilmuwan berkebangsaan China di Amerika Serikat (AS), dijatuhi hukuman penjara lebih dari 10 tahun oleh Pengadilan Federal.
Putusan hukum tersebut didasarkan pada persekongkolan dirinya untuk mencuri contoh berbagai benih padi, hasil rekayasa genetika di sebuah fasilitas penelitian setempat.
Dikutip dari South China Morning Post pada Kamis (5/4/2018), Hakim Pengadilan Distrik Carlos Murguia menghukum Zhang Weiqiang (51), seorang warga negara China yang tinggal di Manhattan, negara bagian Kansas, hingga 121 bulan di penjara.
Advertisement
Baca Juga
Zhang ditangkap oleh polisi pada Februari 2017, bersama dengan tiga terdakwa lain asal China, yang terbukti melakukan konspirasi untuk mencuri benda-benda rahasia dagang negara, yang dbawa oleh kereta kargo lintas negara bagian.
Jaksa mengatakan Zhang menyimpan ratusan biji dari Ventria, laboratorium bio sains tempatnya bekerja di rumahnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, para pejabat penegak hukum AS telah mendesak para eksekutif dan petugas keamanan pertanian, untuk meningkatkan kewaspadaan.
Otoritas keamanan juga diminta sigap melaporkan aktivitas mencurigakan di pergerakan distribusi produk pertanian.
Hal tersebut beralasan karena ancaman keamanan ekonomi dan nasional yang terkait sektor pertanian, kian meningkat besar dalam beberapa tahun terakhir, terutama jika berhubungan dengan tensi perbedaan bea impor antara China dan AS.Â
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Sosok Doktor di Bidang Bio Sains
Sementara pada 2013, Zhang disebut pernah mengunjungi fasilitas uji coba bio sains di wilayah Midwest, bersama dengan rombongan peneliti tanaman pangan dari pemerintah China.
Saat itu, pejabat Federal menemukan beberapa benih padi rekayasa di koper bebeberapa delegasi, sebelum bersiap terbang kembali ke China.
Zhang yang disebut memegang gelar doktor Louisiana State University, diketahui bekerja sebagai peneliti beras rekayasa untuk Ventria Bioscience Inc, yang berbasis di Kansas
Salah satu kegiatan utama perusahaan tersebut adalah mengembangkan beras unggulan, yang diprogram secara genetika, untuk memenuhi kebutuhan asupan pangan sehat global.
Sebelumnya, China telah cukup lama melarang pengembangan komersial biji-bijian transgenik, karena dinilai tabu oleh kebudayaan setempat.
Hal itu berkebalikan dengan tingginya minat penelitian tentang rekayasa genetika pada bahan pangan, dan menghasilkan ilmuwan-ilmuwan unggul yang bekerja di banyak lembaga penelitian bergengsi di seantero dunia.
Advertisement