Liputan6.com, Jakarta - Sebagai insan yang memiliki pengaruh besar terhadap dunia, 'kepergian' tokoh-tokoh terkenal tersebut tentunya meninggalkan duka mendalam di hati para penggemar atau pengikutnya, entah itu yang punya andil besar di bidang politik, sosial, budaya, hingga hiburan.
Setelah meninggal dan dimakamkan, kuburan pesohor tersebut ternyata diincar oleh pihak-pihak yang usil. Pencurian pun terjadi. Ada yang gagal, ada juga yang berhasil. Kebanyakan pencuri mengincar organ-organ tubuh sang tokoh masyarakat dan juga harta karun yang dibawa ke liang lahat mereka.
Seorang informan melapor kepada pihak kepolisian mengenai sebuah rencana pencurian terhadap jasad Abraham Lincoln. Presiden AS ke-16 ini disemayamkan di Pemakaman Oak Ridge, Springfield, negara bagian Illinois, AS, pada awal November 1876.
Advertisement
Para pencuri diketahui akan memindahkan jasadnya ke sebuah padang pasir di utara negara bagian Indiana, dengan mengharapkan imbalan sebesar Rp 2,6 miliar.
Pencurian tersebut berhasil digagalkan oleh polisi dan intel yang berjaga di sekitar makam Lincoln. Meski sempat terjadi baku tembak, jasad Lincoln tetap aman di peristirahatannya. Beberapa hari kemudian, terduga pelaku pencurian berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara.
Meski begitu, pemerintah AS memutuskan mengubur ulang jasad Lincoln di lokasi pemakaman yang sama, tetapi pada titik yang dirahasiakan, dengan kedalaman yang konon mencapai hampir 15 meter di bawah permukaan tanah.
Selain upaya pencurian jasad Abraham Lincoln, makam 4 pesohor dunia berikut ini juga dijadikan sasaran pencurian, seperti dikutip dari Cracked.com, Kamis (5/4/2018):
Â
Saksikan video berikut ini:
1. Charlie Chaplin
Legenda aktor era film bisu, Charlie Chaplin, meninggal dengan damai dalam tidurnya pada Natal 1997 di Swiss. Komedian pantomim ini wafat pada usia 88 tahun. Tubuhnya dimasukkan dalam peti yang terbuat dari kayu oak seberat 136 kilogram, sebelum akhirnya dikuburkan di desa Corsier, Swiss.
Satu tahun kemudian, tepatnya 1 Maret 1978, makam Charlie Chaplin dilaporkan dirusak dan jasadnya dicuri oleh dua mekanik Polandia.
Beberapa hari kemudian, Oona O'Neill, janda mendiang Charlie Chaplin, menerima panggilan telepon dari para penculik. Mereka menuntut tebusan sebesar Rp 5,4 miliar jika jenazah sang legenda ingin kembali. Dengan tegas, dia menolak permintaan si pencuri dengan mengatakan, "Charlie akan menganggap hal ini konyol."
Setelah dilaporkan ke pihak berwenang, polisi Swiss memantau 200 telepon umum dan menunggu para penculik menggunakan salah satunya, melacaknya, dan segera memburunya.
Pada akhirnya, dua orang pria bernama Roman Wardas dan Gantscho Ganev, yang mengubur jasad Chaplin di sebuah ladang jagung berjarak sekitar 16 km dari makam aslinya, berhasil ditangkap.
Wardas dijatuhi hukuman 4 tahun penjara atas bukti menjadi otak di balik pencurian tersebut. Sedangkan Ganev hanya dihukum 18 bulan, karena terbukti berperan tidak lebih dari tukang gali.
Jenazah Charlie Chaplin kemudian dimakamkan kembali dengan menggunakan beton.
Advertisement
2. Che Guevara
8 Oktober 1967 mungkin menjadi hari apes bagi Ernesto "Che" Guevara. Pejuang revolusi Marxis Argentina itu tertangkap oleh tentara suruhan Presiden Bolivia Rene Barrientos.
Nahas hari itu diawali baku tembak yang melukai kaki kanan pemimpin gerilyawan Kuba ini. Ia pun terluka, tumbang, lalu tertangkap. Menurut Felix Rodriguez -- mantan agen CIA yang ikut menangkapnya, Guevara masih ingin menyelamatkan diri.
Che Guevara lalu ditangkap dan dibawa ke Prado, tempat dia ditahan di sebuah gedung sekolah tua.
Rodriguez akhirnya naik helikopter untuk menemuinya. Kolonel Zenteno yang pergi bersama Rodriguez, menginterogasi Guevara. Namun ia yang berada di lantai dalam kondisi terikat bersama jasad 2 gerilyawan Kuba, tak merespons sedikit pun.
Sebagai agen CIA, Rodriguez diperintahkan menjaga Che Guevara tetap hidup. Namun sehari setelah penangkapan, 9 Oktober 1967, ia mendapat perintah dari Presiden Bolivia Rene Barrientos dengan kode rahasia: 500 dan 600.
'500' adalah kode untuk Guevara, sementara '600' artinya 'bunuh dia!'
Akan tetapi, Rodriguez tak melakukannya begitu saja. Ia justru bersikap baik kepada tahanannya itu, bahkan sempat mengobrol dan memberi sebatang rokok untuk dihisap menggunakan cerutu khas Che Guevara.
Setelah menyampaikan pesan-pesan terakhirnya kepada Rodriguez, Che Guevara ditinggalkan sejenak di ruang tahanannnya. Dua menit kemudian suara tembakan terdengar.
Sang eksekutor yang menembak Guevara adalah Mario Teran, seorang sersan yang kecanduan alkohol dan diliputi dendam kesumat karena 3 rekannya tewas di tangan tentara gerilyawan. Ia memasuki pondok tempat Che ditahan, setelah Rodriguez keluar.
Teran akhirnya melepas tembakan dari senapan semi-otomatis M1 Garand di tangannya. Pertama di lengan dan kaki Che -- yang menggeliat dan menggigit pergelangan tangannya menahan sakit. Tembakan kembali diletuskan, di dada, juga tenggorokan. Total 9 tembakan. Che Guevara dinyatakan meninggal dunia pada pukul 13.10 waktu setempat. Di usia 39 tahun.
Sehari setelahnya pada 10 Oktober, sebuah rapat digelar militer Bolivia, dipimpin Jenderal Ovando Candia. Salah satu kolonel mengatakan, Castro tak percaya Guevara tewas dan meminta agar kepalanya dipenggal dan diawetkan dalam formalin.
Tapi Rodriguez menolak. Ia menyarankan untuk memotong salah satu jari Guevara sebagai bukti mencocokkan sidik jari. Tapi sang jenderal malah memutuskan untuk memutilasi dua tangannya. Guevara dikubur tanpa tangan.
Di Havana, Kuba, petugas museum memperlihatkan beberapa ciri fisik dan benda milik Guevara. Di antaranya Sierra Maestra, pipa cangkong yang digunakan Guevara untuk merokok, dan beberapa helai rambutnya yang disimpan dalam wadah bulat transparan.
3. Eva Peron
Beberapa orang terkenal menjadi lebih terkenal setelah meninggal. Hal ini terjadi pada Eva MarÃa Duarte de Perón atau dikenal sebagai Evita Peron, wanita pertama Argentina yang ikonik, yang meninggal karena kanker rahim pada tahun 1952 di usia 33 tahun.
Dia adalah istri dari Presiden Argentina, Juan Perón (1895–1974), dan Ibu Negara Argentina dari tahun 1946 sampai kematiannya.Â
Seniman asal Argentina, Domingo Tellechea, sedang minum di sebuah bar, ketika dua pria berpakaian serba hitam mendekati dan memberi tahunya bahwa ia harus ikut ke kantor dokter Peron.
Tellechea pun pergi bersama mereka karena beberapa alasan. Di sana, ia diberitahu bahwa ia ditugaskan untuk memumikan jasad Peron, sebab tubuhnya akan ditampilkan di monumen nasional. Tellechea menyetujuinya.
Ia menghabiskan tiga tahun mengubah jenazah Peron menjadi sebuah karya seni, dan sejak saat itulah hal-hal aneh terjadi.
Pada tahun 1955, jasad Peron yang sudah dibalsem dengan rapi itu dirontgen, kemudian disembunyikan dan dipindahkan selama 20 tahun sebagai bagian dari pertempuran politik yang kontroversial. Setelah bertahun-tahun disemayamkan di Italia, makamnya digali dan muminya dibawa kembali ke Argentina.
Akhirnya, jenazahnya sang ibu negara dibaringkan di bawah tiga lempeng baja di Buenos Aires. Namun, prosesi penguburan itu masih memunculkan tanda tanya besar mengenai wanita yang akrab disapa Evita ini.
Pada tahun 2012, seorang ahli bedah saraf dan ahli lainnya menerbitkan sebuah laporan aneh. Berdasarkan foto-foto rontgen tua, Peron mungkin telah dilobotomi sebelum kematiannya.
Lobotomi, yang memotong koneksi ke korteks prefrontal otak, terkadang dilakukan untuk mengobati gangguan jiwa atau mengatasi penderitaan ekstrim bagi orang yang sekarat.
Advertisement
4. Paus John Paul II
13 Mei 1981, Paus John Paul II ditembaķ saat hendak menyampaikan ceramah umum mingguannya di lapangan St Peter, Vatikan. Ia terkena dua tembakan dan terluka di bagian perut serta tangan kiri.
Saat itu ia sedang melakukan iring-iringan dengan menggunakan mobil terbuka. Tiba-tiba ada seorang pria yang meluncurkan empat tembakan, dua di antaranya diarahkan ke Paus. Sedangkan dua tembakan lainnya mengenai warga Amerika Ann Odre (60 tahun) dan penduduk Jamaika Rose Hill (21 tahun).
Pelaku diketahui seorang pria yang melarikan diri setelah melakukan penyerangan di Turki. Ia adalah pemuda berusia 23 tahun, Mehmet Ali Agca. Kemudian senjata yang dipegang Agca berhasil disingkirkan dari tangannya oleh para pengunjung lain. Ia ditahan sampai polisi datang menangkapnya.
Paus segera dilarikan ke rumah sakit Gemelli di Roma. Ia langsung menjalani proses operasi bedah selama lima jam. Ia kemudian dinyatakan dalam kondisi stabil setelah mengalami masa kritis berjam-jam tersebut. Pakaian yang dikenakannya kala itu, yang telah berlumuran darah, disimpan rapi di Vatikan.
Sejak kematiannya pada 31 Maret 2005, dua helai potongan pakaian berdarah Paus dan botol yang menyimpan darahnya saat insiden itu, disakralkan oleh umat Katolik di Roma. Ternyata, ketiga benda tersebut diincar oleh para pencuri.
Pertama, pada 2012, botol berisi darah Paus dicuri dari ransel seorang pendeta yang sedang bepergian. Botol itu akhirnya ditemukan di semak-semak. Anehnya, saat itu tak seorang pun tahu atau melihat pendeta-pendeta tersebut sedang berkeliling di Roma dan membawa darah Paus.
Kemudian pada 2014, salah satu potongan pakaian berdarah Paus yang disumbangkan ke gereja Italia dilaporkan hilang. Sedangkan pada 2016, kain lain yang telah diberikan untuk Katedral Jerman juga raib dicuri dari kotak kaca, di mana benda tersebut dipajang di bawah patung Yesus.