Sukses

10-4-1942: Barisan Maut Bataan Dimulai

Ribuan tentara Sekutu dan Filipina tewas dalam perjalanan maut selama enam hari, yang dipaksakan oleh militer Jepang di tengah Perang Dunia II.

Liputan6.com, Manila - Sehari setelah diserahkannya Pulau Luzon ke militer Jepang, puluhan ribu pasukan koalisi Amerika Serikat (AS) - Sekutu ditangkap di Semenanjung Bataan, Filipina, untuk kemudian dipaksa berjalan kaki menuju kamp tahanan di dekat kota Cabanatuan.

Jarak antara Semenanjung Bataan dan kota Cabanatuan adalah sekitar 131 kilometer, yang rutenya melewati kawasan pegunungan dan hutan. Hal itu semakin terasa menyiksa karena bertepatan dengan berlangsungnya musim hujan di Filipina, yang kerap disertai angin kencang. 

Salah satu long march paling terkenal di dunia ini, yang dikenal sebagai 'Bataan Death March', memaksa para tahanan berjalan kaki sejauh ratusan kilometer selama enam hari. Mereka hanya diberi nasi -- dalam porsi ala kadarnya -- sebanyak satu kali setiap harinya. Demikian Today In History Liputan6.com sebagaimana dikutip dari History.com.

Pada akhir perjalanan yang kerap ditambah dengan siksaan dari tentara Jepang, membuat ratusan tahanan asal AS meninggal. Ada lebih banyak lagi korban berjatuhan dari pihak pasukan Filipina.

Sementara itu, sehari setelah Jepang mengebom pangkalan Angkatan Laut AS di Pearl Harbor, Hawaii, invasi militer Negeri Matahari Terbit dimulai di Filipina.

Dalam waktu satu bulan, invasi Jepang berhasil merebut ibu kota Filipina, Manila, yang membuat para pejuang setempat kehabisan daya saat dipaksa mundur ke Semenanjung Bataan.

Selama tiga bulan setelahnya, tentara gabungan Sekutu dan Filipina, di bawah komando Jenderal Jonathan Wainwright, mampu melakukan pertahanan dengan cukup mengesankan, yang utamanya didukung oleh serangan sistematis dari udara dan laut.

 

 

Simak video pilihan berikut:

 

 

2 dari 2 halaman

Ribuan Orang Meninggal

Namun, pencapaian gemilang tentara AS dan Sekutu tidak bertahan lama, ketika Jepang secara tiba-tiba menambah kekuatan militernya.

Pada 7 April di tahun yang sama, kekuatan pasukan koalisi tersebut kian tumpul karena banyak prajuritnya tumbang akibat pasokan pangan yang kurang memadai, dan ketidaksanggupan bertahan terhadap serangan wabah penyakit tropis.

Amerika Serikat pun memutuskan untuk menarik mundur pasukan dan bertahan di sebuah benteng di pulai Corregidor di Teluk Manila.

Sayangnya, dua hari kemudian, sebanyak 75.000 pasukan koalisi AS-Sekutu terjebak oleh tentara Jepang, yang mengepung dan memaksa menyerah dari segala sisi di Pulau Luzon.

Dari mereka yang selamat mencapai kamp penjara Jepang di Cabanatuan, hanya sedikit yang tinggal untuk merayakan pembebasan Luzon oleh Jenderal AS, Douglas MacArthur pada tahun 1945.

Kini, untuk terus mengingat peristiwa maut tersebut, pemerintah Filipina menetapkan tanggal 10 April sebagai Hari Peringatan Bataan, yang biasanya diisi dengan kegiatan napak tilas.