Liputan6.com, Tel Aviv - Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman pada Minggu, 8 April 2018, mengatakan bahwa tidak ada "orang naif" yang terlibat dalam unjuk rasa di Jalur Gaza. Pernyataan tersebut muncul pasca-bentrokan berdarah yang menewaskan 30 warga Palestina, termasuk di antaranya seorang jurnalis.
"Tidak ada orang naif di Jalur Gaza. Semua orang terhubung dengan Hamas, semua orang mendapat bayaran dari Hamas, dan seluruh aktivis yang mencoba menantang kami dan melanggar perbatasan adalah aktivis sayap militer Hamas," ujar Lieberman kepada radio Israel seperti dikutip dari Telegraph.co.uk, Senin (9/4/2018).
Penggunaan senjata oleh Israel dalam menghadapi demonstrasi warga Palestina yang telah berlangsung kurang lebih 10 hari di Jalur Gaza menuai banyak tanda tanya. Kekerasan pertama pecah pada Jumat, 30 Maret 2018, dan yang terakhir terjadi pada Jumat, 6 April 2018.
Advertisement
Terkait dengan kematian seorang wartawan dalam kekerasan terbaru, Lieberman mengklaim bahwa yang bersangkutan menerbangkan drone atau pesawat tanpa awak saat kejadian.
"Kami tahu bahwa dalam banyak kasus, Hamas telah memanfaatkan jurnalis, media, Bulan Sabit Merah, dan ambulans untuk melaksanakan teror. Siapapun yang menerbangkan pesawat tanpa awak di atas tentara kami -- kami tidak akan mengambil risiko," terang Lieberman.
Baca Juga
Wartawan yang meninggal dunia dalam bentrokan itu diketahui adalah Yasser Murtaja (30). Ia kerap menggunakan drone untuk menghasilkan foto dan video. Namun, dua jurnalis lainnya yang bersama dengan Murtaja pada Jumat lalu, Ashraf Abu Amra dan Hosam Salem, menegaskan bahwa rekan mereka tidak menggunakan drone pada hari itu.
Amra dan Salem mengatakan bahwa Murtaja ditembak saat ia berada beberapa ratus meter dari perbatasan Jalur Gaza-Israel.
"Dia menggunakan kamera video normal sepanjang hari," kata Amra.
Sebuah foto yang dirilis menunjukkan Murtaja yang tengah mendapat perawatan menggunakan rompi press.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Israel Klaim Tidak Sengaja
Palestinian Journalists Syndicate (PJS) mengatakan, terdapat total enam wartawan yang terkena tembakan pada hari Jumat. Sementara itu, pihak militer Israel mengklaim "tidak sengaja menargetkan jurnalis".
"Keadaan di mana wartawan diduga terkena tembakan Pasukan Pertahanan Israel tidak identik dengan IDF, dan tengah diselidiki," demikian bunyi sebuah pernyataan.
Ratusan orang menghadiri pemakaman Murtaja. Berbalut bendera Palestina, jenazah pria itu dibawa dari masjid utama al-Omari di Kota Gaza ke pemakaman.
Murtaja merupakan salah satu wartawan pertama yang menggunakan drone kamera di Gaza. Pemuda berusia 31 tahun tersebut mendirikan Ain Media, sebuah perusahaan produksi TV yang telah bekerja untuk sejumlah media asing.
Dalam unjuk rasa yang berlangsung pada 30 Maret, pasukan Israel menewaskan 19 warga Palestina. Peristiwa itu dikenang sebagai hari paling berdarah sejak 2014. Tidak ada korban jiwa dari pihak Israel.
Pembelaan Israel menyebutkan, pihaknya hanya melepas tembakan ketika diperlukan demi menghentikan kerusakan pagar pembatas, infiltrasi, dan upaya serangan. Tel Aviv menuding, kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza telah memanfaatkan demonstrasi damai untuk melancarkan kekerasan.
Di lain sisi, sejumlah kelompok HAM mengkritik tindakan keras militer Israel. Adapun warga Palestina mengakui, Israel menembaki demonstran meski mereka tidak menimbulkan ancaman.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Uni Eropa telah menyerukan penyelidikan independen atas kematian sejumlah warga Palestina, namun usulan ini ditolak Israel.
Advertisement