Sukses

Kuil Kuno Berusia 2.200 Tahun Ditemukan di Mesir, Ada Patung Kepala Singa di Dalamnya

Para ahli yang bekerja di situs penggalian dekat Oasis Siwa di Mesir dan perbatasan Libya menemukan kuil dari era Yunani - Romawi.

Liputan6.com, Tripoli - Para arkeolog menemukan peninggalan Periode Yunani-Romawi di Mesir . "Harta karun" tersebut berupa puing-puing kuil yang diduga kuat berusia 2.200 tahun.

Temuan di Gurun Barat itu termasuk sejumlah patung berbentuk manusia dan singa.

Gurun Barat Mesir adalah wilayah Sahara yang terletak di sebelah barat sungai Nil hingga perbatasan Libya, dan selatan dari laut Mediterania ke perbatasan Sudan.

Seperti dikutip dari The Sun, Senin (9/4/2018), penemuan tersebut didapatkan oleh para ahli yang bekerja di situs penggalian dekat Oasis Siwa, Mesir dan perbatasan Libya. Tepatnya di situs Al-Salam, sekitar 200 mil selatan Laut Tengah.

Para arkeolog juga menemukan dinding batu dan pintu masuk utama kuil yang mengarah ke sebuah halaman.

Kepala arkeolog, Abdel-Aziz al-Demiri membeberkan, artefak yang ditemukan tim, selain patung kepala manusia dan dua singa dari batu kapur, juga ada tembikar, fragmen dan koin.

Menurut Kementerian Barang Antik Mesir, puing-puing itu diyakini berasal dari antara Abad ke-2 dan Abad ke-3 Sebelum Masehi (SM).

Pekerjaan ekskavasi terus berlanjut dan para arkeolog berharap menemukan lebih banyak lagi kuil kuno akhir tahun ini.

"Tak setiap hari kuli kuno baru ditemukan di Mesir. Ini akan memberi lebih banyak petunjuk atas sejarah Siwa Oasis," tutur penjelajah dan arkeolog, Sarah Parcak kepada National Geographic.

Oasis Siwa terletak 30 mil di sebelah timur perbatasan Libya dan sekitar 350 mil dari Kairo.

Area tersebut merupakan tujuan wisata populer di negara. Wilayah itu dikenal pernah dikunjungi oleh Alexander Agung, yang pernah menjadi penguasa Mesir.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

2 dari 2 halaman

Telepon Kuno

Sebelumnya, temuan kuno pernah didapatkan di Peru. Benda mirip telepon yang diperkirakan berusia seribu tahun berhasil ditemukan di reruntuhan Chan Chan, Peru. Diduga benda tersebut dibuat sekitar 1.200-1.400 tahun lalu, dan menjadi contoh awal teknologi telepon di dunia barat.

Penemuan itu merupakan bukti adanya inovasi mengesankan yang berasal dari kebudayaan Chimu di Rio Moche Valley, Peru utara.

"Ini unik. Hanya satu yang pernah ditemukan. Benda itu berasal dari masyarakat adat yang tak memiliki bahasa tertulis," ujar seorang kurator National Museum of the American Indian (NMAI), Ramiro Matos, kepada Smithsonian.

Dikutip dari Ancient Origins, Jumat 13 Juni 2016, teknologi tersebut diduga menjadi perangkat transmisi suara sederhana berbentuk seperti telepon kaleng yang populer pada Abad 19.

Perangkat kuno itu terbuat dari ujung buah labu dengan panjang 8,9 sentimeter dan berlapis resin yang berfungsi sebagai pemancar serta penerima suara. Di sekitar bagian dasarnya terdapat lapisan tersembunyi.

Dua buah labu itu kemudian dihubungkan dengan benang kapas sepanjang 22,8 meter.

Sayangnya, benda itu terlalu rapuh untuk dicoba. Namun para peneliti dapat memperkirakan bagaimana instrumen tersebut bekerja.

Artefak tersebut dahulunya merupakan milik seorang aristokrat Prusia, Baron Walram V Von Schoeler, yang dijuluki bayangan dari Indiana Jones.

Ia berpartisipasi pada banyak kegiatan ekskavasi di Peru pada 1930-an dan kemungkinan telah menemukan artefak tersebut dari reruntuhan Chan Chan.

Von Schoeler mendistribusikan koleksinya ke beberapa museum. "Telepon" tersebut akhirnya berakhir di fasilitas penyimpanan National Museum of the American Indian di Maryland, AS.