Sukses

Butuh Biaya Rp 2.284 T untuk Atasi Lonjakan Populasi Anak Obesitas di Asia Pasifik

Meningkatnya jumlah populasi anak dengan obesitas di Asia Pasifik, menimbulkan kekhawatiran cukup besar, yang membutuhkan biaya penanganan hingga Rp 2.284 triliun.

Liputan6.com, Bangkok - Angka obesitas di kalangan anak-anak di Asia-Pasifik meningkat dengan cepat, sehingga memerlukan lebih banyak tindakan untuk mendorong gaya hidup yang lebih sehat, yang imbas positifnya adalah berusaha mengurangi tekanan pada sistem perawatan kesehatan.

Menurut Sridhar Dharmapuri, salah seorang petugas senior di Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) di Bangkok, jumlah anak-anak di bawah lima tahun yang kelebihan berat badan, naik 38 persen antara tahun 2000 dan 2016 di Asia-Pasifik.

"Tingkat pertumbuhan obesitas di Asia-Pasifik lebih tinggi daripada di banyak negara lain," kata Dharmapuri, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post pada Senin (9/4/2018).

"Sementara Amerika Serikat memimpin pada tingkat obesitas, jumlah anak-anak yang kelebihan berat badan di Asia-Pasifik meningkat dengan cepat, dan banyak negara di wilayah ini sekarang termasuk yang kesehatannya paling terancam di dunia," lanjutnya.

Biaya penanganan obesitas di kawasan Asia-Pasifik, menurut laporan terbaru dari Asian Development Bank Institute (ADBI), adalah senilai US$ 166 miliar per tahun, atau sekitar Rp 2.284 triliun.

Hal ini dianggap mengkhawatirkan, karena anak-anak dengan obesitas memiliki kemungkinan cukup besar untuk memiliki risiko yang sama di saat dewasa.

Hal ini, jika tidak ditangani dengan serius, akan memicu meningkatnya jumlah penderita masalah kesehatan serius, seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi dan penyakit liver.

Malaysia, Indonesia, Singapura dan Thailand adalah sederet negara yang disebut memiliki angka pengidap obesitas terbesar di Asia Tenggara.

Sementara Samoa, Tonga dan Nauru adalah yang negara-negara dengan populasi dengan paling gemuk di Pasifik, diikuti oleh Australia di belakangnya.

 

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Meningkatnya Populasi Urban Memicu Kenaikan Jumlah Pengidap Obesitas

Meningkatnya taraf hidup masyarakat Asia-Pasifik selama 20 tahun terakhir telah memainkan peran utama dalam melonjkanya jumlah pengidap obesitas, kata para peneliti.

"Wilayah ini telah mengalami pertumbuhan ekonomi, sehingga makanan menjadi tersedia dengan harga yang relatif lebih murah," kata Matthias Helble, seorang ekonom di ADBI di Tokyo.

"Selama 20 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi hampir tidak terganggu," kata Helble, yang telah meneliti tingkat obesitas di wilayah itu selama tiga tahun.

Peneliti juga menyebut, selain mengkonsumsi lebih banyak, karena ekonomi telah tumbuh, orang-orang di Asia-Pasifik telah pindah dari pertanian ke manufaktur, dan kemudian ke pekerjaan sektor jasa - yang lebih banyak bekerja menetap.

Kota-kota di Asia-Pasifik juga telah mengalami pertumbuhan yang belum pernah terjadi selama dua dekade terakhir.

PBB memperkirakan lebih dari setengah populasi di Asia Pasifik, berpindah menetap di kawasan perkotaan.

Penduduk kota di Asia-Pasifik dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk bepergian -- karena sistem transportasi dan infrastruktur yang buruk -- dan ketika mereka akhirnya tiba di rumah, mereka memiliki sedikit waktu untuk memasak. Banyak yang memilih untuk makan di luar.

Gaya hidup baru ini telah menyebabkan peningkatan konsumsi kenyamanan dan makanan olahan, yang sering mengandung lemak, garam dan gula berlebih.

Orang-orang di Asia-Pasifik juga berjuang untuk mempertahankan diet seimbang, kata Dharmapuri, dengan makanan yang sering kekurangan sayuran.

"Diet ini sebagian besar berbasis nasi," katanya. "Di piring siapa pun, beras mengambil antara 50-70 persen dari total asupan harian."