Liputan6.com, London - Pernikahan Pangeran Harry dan Meghan Markle sudah di depan mata. Sejumlah persiapan telah dilakukan. Lazimnya keluarga kerajaan, biasanya mereka memberikan daftar barang kepada para tamu sebagai kado perkawinan.
Namun, ada yang berbeda dari pasangan Harry dan Meghan. Keduanya tidak memberikan daftar barang kepada tamu undangan. Melainkan, meminta donasi untuk sumbangan ke sejumlah lembaga amal.
Meski demikian, juru bicara Kensington Palace mengatakan, baik Pangeran Harry maupun Meghan Markle tidak memiliki hubungan khusus dengan lembaga amal yang mereka tunjuk. Demikian, seperti dikutip dari The Guardian pada Selasa (10/4/2018).
Advertisement
"Pangeran dan Meghan telah memilih lembaga amal yang mewakili berbagai masalah yang mereka sukai, termasuk olahraga untuk perubahan sosial, pemberdayaan perempuan, konservasi, lingkungan, tunawisma, HIV, dan angkatan bersenjata," kata juru bicara dalam pernyataan.
Baca Juga
"Banyak dari lembaga amal yang ditunjuk adalah lembaga amal kecil. Harry serta Meghan senang dapat memperkuat dan membantu pekerjaan mereka."
Istana mengatakan pasangan itu telah memilih tujuh organisasi, yakni Chiva (Children’s HIV Association), Crisis, Yayasan Myna Mahila, Prajurit Kecil Scotty--amal untuk anak-anak tentara yang berduka--, StreetGames, Surfers Against Sewage, dan The Wilderness Foundation UK.
Crisis, yang merupakan lembaga amal nasional untuk tunawisma, sangat senang dipilih oleh pasangan yang tengah naik daun itu.
Terkait soal tunawisma, sempat ada kehebohan atas perlakuan terhadap para gelandangan di Windsor, lokasi Pangeran Harry dan Meghan Markle kelak akan menikah pada 19 Mei. Kala itu, seorang anggota dewan Tory, Simon Dudley, meminta polisi untuk membersihkan tunawisma dari kota sebelum pernikahan pasangan tersebut.
"Kami sangat bersyukur bahwa Pangeran Harry dan Nona Markle meminta publik untuk mendukung Crisis saat mereka merayakan pernikahan mereka. Tunawisma adalah salah satu masalah paling mendesak pada zaman kita, tetapi di Crisis kita tahu apa yang diperlukan untuk mengakhirinya," kata Jon Sparkes, kepala eksekutif Crisis.
"Sumbangan akan membantu kami untuk mendukung lebih banyak orang yang hidup di jalanan di melalui layanan perumahan, pekerjaan, pendidikan, dan layanan kami di seluruh negeri. Juga, untuk mengkampanyekan perubahan yang diperlukan untuk menyelesaikan krisis tunawisma sekali dan untuk selamanya.”
Pangeran Harry dan Meghan Markle juga memilih lembaga amal yang pernah dikunjungi Markle di India. The Myna Mahila Foundation memberdayakan perempuan di daerah kumuh Mumbai, dengan menawarkan pekerjaan yang stabil di dekat rumah mereka, dan melanggar tabu seputar haid menstruasi dengan menawarkan akses perempuan ke pembalut berbiaya rendah dan informasi yang akurat.
Markle pernah menulis tentang perjuangan bagaimana yayasan itu bekerja memerangi kemiskinan di Majalah Time tahun lalu. Dia menyoroti bagaimana sekolah wanita muda di India terganggu ketika mereka sedang menstruasi.
Suhani Jalota, yang mendirikan Myna Mahila pada 2015, mengatakan, "Dukungan ini akan memungkinkan kami untuk memperluas jangkauan kami ke daerah kumuh perkotaan yang lebih jauh lagi di Mumbai, memberdayakan wanita lokal melalui akses ke produk kebersihan menstruasi dan peluang kerja."
Setelah menikah, Pangeran Harry dan Meghan Markle akan tinggal di Nottingham Cottage, bagian dari Istana Kensington.
Saksikan video menarik berikut ini:
Meghan Markle Tak Akan Dipanggil Putri
Bagi kebanyakan orang, kisah cinta Meghan Markle dengan Pangeran Harry merefleksikan dongeng klasik: seorang pangeran jatuh cinta dengan perempuan biasa. Keduanya menikah lalu berbahagia hidup di istana.
Yang luput dari perhatian publik, kelak meski telah menikah dengan Pangeran Harry, Meghan Markle tidak akan menyandang gelar 'putri'. Mengapa?
Jawabannya ternyata sederhana. Menurut standar protokol Kerajaan Inggris, dalam diri Megan Markle tidak mengalir "darah bangsawan". Inilah yang menyebabkan ia tak bisa disapa "Putri Meghan". Demikian seperti dikutip dari BBC pada November 2017.
Meghan Markle nantinya akan mengikuti jejak kakak iparnya, Kate Middleton, yang menikah dengan Pangeran William pada 2011.
Usai mengikat janji dengan Pangeran William, Kate hanya diberi gelar "Her Royal Highness" atau "Yang Mulia". Dan secara resmi, nama kerajaan yang disandang Kate adalah Duchess of Cambridge. Sama seperti Meghan, Kate juga tidak mewarisi "darah biru".
Perempuan lainnya yang menikah dengan Pangeran Inggris, tapi tidak mendapat gelar "putri" adalah Sarah Ferguson, mantan istri Pangeran Andrew, dan Sophie Rhys-Jones, istri dari Pangeran Edward.
Aturan semacam itu memicu asumsi bahwa sebenarnya ibu Pangeran Harry, Lady Diana Spencer, tidak pernah secara resmi menjadi "Putri Diana".
Dari sudut pandang Istana Buckingham, sebuah gelar akan sangat dibutuhkan bagi anggota keluarga kerajaan yang memainkan peran bergengsi.
Jika Sarah Ferguson mendapat gelar Duchess of York dan Sophie Rhys-Jones menyandang status sebagai Countess of Wessex, maka setelah mengikat janji suci dengan Pangeran Harry, Megan Markle diprediksi akan mendapat sebutan Duchess of Sussex atau Albany atau bisa jadi pula Clarence.
Advertisement