Liputan6.com, Hikone - Seorang polisi dengan jabatan sersan di Jepang ditangkap usai terbukti menembak mati rekan kerjanya karena permasalahan sepele. Atas perbuatannya, polisi berusia 19 tahun itu dijebloskan ke penjara.
Dikutip dari laman Japan Today, Kamis (12/4/2018), pelaku yang masih terbilang junior itu dilaporkan telah menembak mati Akira Imoto (41).
Tubuh Imoto ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa di kantor polisi wilayah Hikone, Shiga, Jepang oleh sejumlah anggota kepolisian yang bertugas.
Advertisement
Korban tak dapat bertahan hidup setelah mendapat luka tembakan di bagian punggung dan kepala.
Baca Juga
Setelah ditangkap dan diinterogasi, pelaku menyebut bahwa motif pembunuhan itu ia lakukan lantaran sakit hati oleh ucapan korban yang kerap menyakiti perasaannya.
Saat ditangkap, pelaku membawa sebuah senjata api dengan tiga peluru di dalamnya. Ia juga telah menyampaikan maaf kepada masyarakat terkait penyalahgunaan senjata api yang malah ia gunakan sebagai alat untuk membunuh orang.
"Pelaku yang juga anggota kepolisian Hikone telah mengakui segala tindakannya. Kami sangat kecewa dengan perbuatan pelaku. Kami juga ingin menyampaikan permohonan maaf kepada publik," ujar Kepala Polisi wilayah Shiga, Jepang.
Sementara itu, Akira Imoto adalah seorang pelatih yang sengaja ditunjuk untuk mendidik para polisi muda. Polisi menduga pelaku menembak korban saat tengah dalam kondisi lengah.
Tak dijelaskan lebih lanjut, berapa lama hukuman kurungan penjara yang diterima oleh pelaku atas kasus penembakan tersebut.
Â
Saksikan video pilihan menarik berikut ini:
Kisah Tragis Polwan Amerika Serikat
Seorang polisi wanita (polwan) di Washington DC, Amerika Serikat ditembak hingga tewas hanya beberapa jam sebelum ia bertugas di hari pertamanya.
Kala itu wanita yang berusia 29 tahun tersebut tengah bertugas malam, menjawab sebuah panggilan lewat telepon dengan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di rumah seorang pria bernama Hamilton.
Sementara 2 petugas lainnya yang malam itu juga bertugas bersama Ashley dikabarkan selamat dan hanya menderita luka-luka.
Adalah Ronald Hamilton (32), seorang tentara berpangkat sersan yang ditugaskan sebagai staf di Pentagon yang diduga telah melakukan pembunuhan atas polwan berusia cukup muda itu.
"Tersangka merupakan tentara aktif yang kini ditugaskan di Pusat Pertahanan Sistem Informasi Berbasis di Pentagon," kata juru bicara Badan Pertahanan Sistem Informasi di Fort Meade, Maryland, Cindy Your, yang dilansir dari News.com.au.
Dalam sebuah persidangan, Ronald dituduh telah melakukan penembakan hingga menewaskan polwan bernama Ashley Guindon di rumahnya di dekat Danau Ridge, sekitar 10 kilometer barat daya Washington, D.C.
Tragedi kematian Ashley membuat keluarganya kembali bersedih. Sebab, dua tahun lalu, tepatnya pada 26 Agustus 2014, ayahnya, David, bunuh diri setelah pulang bertugas dari daerah rawan konflik Irak.
Semasa hidup, sang ayah menjabat sebagai New Hampshire Air National Guard.
"Dia datang ke rumah, lalu bunuh diri," kata nenek Ashley, Dorothy Giundon.
Ashley adalah anak tunggal. Polwan ini lahir di Springfield, Massachusetts sebelum keluarganya pindah ke Merrimack, New Hampshire.
"Ini betul-betul mengejutkan kami. Ashley adalah anak yang baik,"Â ucap sang nenek sedih.
Atas perbuatannya, Hamilton kini ditahan tanpa jaminan di sebuah penjara khusus orang dewasa di pusat kota. Ia dituduh telah melakukan pembunuhan terhadap seorang penegak hukum, melakukan pembunuhan tingkat pertama, dua tuduhan penyerangan, termasuk menggunakan senjata api selama tindak pidana.
Sebelum kejadian nahas menimpa Polwan Ashley, Prince William County Board of Supervisors Corey Stewart memberi ucapan selamat pada petugas Ashley dan Steven Kendal yang baru saja bergabung pada Jumat lalu lewat Twitter Prince William Co PD, ‎@PWCPoliceDept.
"Selamat petugas Steven Kendall dan Ashley Guindon yang telah dilantik hari ini, dan akan memulai tugasnya minggu ini. Hati-hati saat bertugas!" tulisnya di Twitter.
Advertisement