Liputan6.com, Moskow - Hari ini, 28 tahun yang lalu, pemerintah Uni Soviet mengaku bertanggung jawab atas pembantaian yang dilakukan oleh Polisi Rahasia Soviet (NKVD) terhadap hampir 5.000 polisi militer Polandia di Hutan Katyn, pada Perang Dunia II.
Pengakuan itu adalah bagian dari janji Pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev untuk menjadikan negaranya lebih terbuka dan jujur tentang sejarah Soviet. Demikian seperti dikutip dari History.com untuk Today in History Liputan6.com.
Pembantaian Katyn, seperti populer dikenal terjadi pada pertengahan tahun 1940.
Advertisement
Baca Juga
Awalnya, kala itu, Polandia telah diserang dari barat oleh pasukan Nazi dan dari timur oleh pasukan Soviet. Nazi dan Soviet sama-sama ingin merebut Polandia, mengingat posisi strategis yang dimiliki oleh negara beribu kota Warsawa itu.
Suatu saat kala peperangan berlangsung pada Maret - April 1940, ribuan perwira militer Polandia ditangkap oleh Polisi Rahasia Soviet (NKVD), dibawa ke Hutan Katyn di luar Smolensk, dibantai, dan dimakamkan di sebuah kuburan massal.
Memasuki tahun 1941, Jerman menyerang Uni Soviet dan berhasil mendorong mereka menjauhi wilayah Polandia.
Pada tahun 1943, ketika Jerman berhasil menduduki Polandia, Negeri Panser mengumumkan bahwa mereka telah menemukan ribuan mayat di Hutan Katyn, Polandia.
Perwakilan dari pemerintah Polandia di pengasingan (terletak di London) mengunjungi situs tersebut untuk memeriksa. Alhasil, mereka memutuskan bahwa Soviet, bukan Nazi, bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
Namun, para wakil dari pemerintah Polandia tersebut ditekan oleh para pejabat AS dan Inggris untuk merahasiakan laporan mereka sementara waktu, karena mereka tidak ingin mengambil risiko pecahnya diplomatik antara Sekutu dengan Soviet.
Ketika Perang Dunia II berakhir, propaganda Jerman Barat yang pro-Amerika Serikat mulai menyasar kepada Soviet, memanfaatkan narasi Pembantaian Katyn untuk menyontohkan kekejaman Moskow.
Pemimpin Soviet Joseph Stalin dengan tegas membantah tuduhan itu dan mengklaim bahwa Nazi bertanggung jawab atas pembantaian itu.
Selepas Perang Dunia II, Pembantaian Katyn tidak ditinjau kembali baik oleh Amerika Serikat, Jerman Barat dan Uni Soviet selama puluhan tahun, tenggelam dalam carut marut Perang Dingin.
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Mencuat Kembali di Ambang Kehancuran Uni Soviet
Pada tahun 1990, ada beberapa faktor yang mendorong Soviet untuk mengakui kesalahan mereka. Pertama, kebijakan Perestroika (keterbukaan) dan Glasnost (transparansi) yang digagas oleh Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev.
Faktor lain adalah hubungan diplomatik Polandia - Soviet pada tahun tersebut.
Uni Soviet kehilangan sebagian besar kekuatan untuk mempertahankan pengaruhnya di negara pendukung mereka di Eropa Timur, termasuk di Polandia. Namun, di Polandia, tengah muncul gerakan Solidaritas Lech Walesa yang terus mengikis kekuatan rezim komunis.
Isu Katyn Massacre telah menjadi masalah yang menyakitkan dalam hubungan Soviet dengan Polandia selama lebih dari empat dekade, dan para pejabat Soviet percaya bahwa pengakuan jujur ​​dan permintaan maaf akan membantu meredakan ketegangan diplomatik yang semakin meningkat.
Pemerintah Soviet akhirnya mengakui pertanggungjawabannya atas Pembantaian Katyn.
"Soviet mengekspresikan penyesalan mendalam atas tragedi itu, dan menilai itu sebagai salah satu kebijakan terburuk Stalin -- pemimpin Soviet pada masa Perang Dunia II."
Kendati demikian, pengakuan itu justru tak memberikan dampak yang berarti bagi hubungan diplomatik Polandia - Soviet serta kehancuran Negeri Tirai Besi yang semakin di ujung tanduk.
Rezim komunis di Polandia akhirnya runtuh pada akhir 1990, dan Lech Walesa terpilih sebagai presiden Polandia pada bulan Desember tahun yang sama.
Sementara Gorbachev mengundurkan diri pada bulan Desember 1991, menandai akhir bagi Uni Soviet.
Advertisement