Liputan6.com, Madrid - Setelah mengakhiri lawatannya ke Prancis, Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman bertolak ke Spanyol untuk melakukan kunjungan kenegaraan.
"Pihak kerajaan menyatakan dalam sebuah pernyataan, atas perintah Raja Salman dan sebagai respons atas undangan Kerajaan Spanyol, Putra Mahkota Mohammed bin Salman meninggalkan Prancis untuk berangkat ke Spanyol," demikian pernyataan yang dimuat dalam Saudi Press Agency.
Pangeran Mohammed bin Salman yang akrab disapa MBS mendarat di Spanyol, sebuah negara yang telah lama jadi mitra dagang Arab Saudi, pada Rabu, 11 April 2018.
Advertisement
Di Negeri Matador, MBS menghadiri jamuan yang digelar Raja Spanyol Felipe VI dan Ratu Letizia di Istana Zarzuela sebelum ia bertemu dengan Perdana Menteri Mariano Rajoy dan Menteri Pertahanan Maria Dolores de Cospedal.
Bersama dengan Menteri Pertahanan Spanyol, pewaris takhta Kerajaan Arab Saudi berusia 32 tahun tersebut menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama pertahanan senilai US$ 2,2 miliar.
Isi kesepakatan tersebut di antaranya, Riyadh akan membeli lima kapal perang kecil dari galangan kapal milik Spanyol (Navantia), tentara Spanyol akan melatih personel militer Arab Saudi, dan para kontraktor akan membangun sebuah pusat konstruksi di Arab Saudi. Demikian seperti dikutip dari Arabnews.com, Jumat (13/4/2018).
Baca Juga
Perjanjian itu merupakan satu dari sejumlah kesepakatan lainnya di sektor bisnis, perdagangan, dan budaya yang diteken kedua negara.
Spanyol merupakan pemimpin di sejumlah sektor, seperti energi terbarukan dan infrastruktur, yang merupakan kunci bagi Visi 2030 yang digagas MBS.
Perusahaan Spanyol dikabarkan telah memenangkan dua tender infrastruktur utama di Arab Saudi. Sebuah konsorsium Spanyol, Al-Shoula, tengah membangun kereta berkecepatan tinggi yang menghubungkan Mekah dan Madinah, sementara itu kelompok konstruksi Spanyol, FCC, memimpin salah satu dari tiga konsorsium yang membangun sistem angkutan cepat di Riyadh.
Â
Saksikan video pilihan berikut:
Banjir Kritik
Lawatan MBS ke Spanyol terjadi setelah ia lebih dulu mengunjungi sekutu Arab Saudi lainnya, yakni Inggris, Amerika Serikat, dan Prancis. Menurut Stockholm International Peace Research Institute, ketiga negara itu merupakan eksportir utama peralatan militer dan senjata ke Arab Saudi.
Dan posisi keempat diduduki oleh Spanyol. Menurut data dari sejumlah lembaga non-pemerintah, ekspor peralatan yang berhubungan dengan pertahanan ke Arab Saudi mencapai US$ 901 juta pada 2015 dan pertengahan 2017. Demikian seperti dilansir Voanews.com.
Adapun kesepakatan Arab Saudi-Spanyol di sektor pertahanan mendapat kritik tajam dari sejumlah lembaga nonpemerintah seperti Amnesty International, Greenpeace, Oxfam, dan FundiPau.
Arms Under Control, koalisi dari empat organisasi nonpemerintah tersebut, mendesak Spanyol menghentikan ekspor senjata yang dapat digunakan oleh koalisi pimpinan Arab Saudi untuk memerangi pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman. Menurut PBB ribuan warga sipil telah meninggal dalam konflik proksi di Yaman.
Di dalam negerinya, Pangeran Mohammed bin Salman tengah melakukan reformasi sosial dan budaya sebagai implementasi Visi 2030. Kebijakan itu dianggap upaya untuk mengubah citra Arab Saudi yang "keras" menjadi lebih moderat.
Sementara itu, kedekatan Arab Saudi dan Spanyol juga memiliki sejarah panjang. Sejak naik takhta tahun 2014, Raja Felipe VI kerap mengunjungi Arab Saudi. Langkah serupa juga dilakukan ayahnya, Juan Carlos.
Advertisement