Liputan6.com, London - Badan pengawas senjata kimia internasional menyatakan dukungannya terhadap pemerintah Inggris atas kasus yang menimpa mantan agen ganda Rusia dan putrinya, Sergei Skripal (66) dan Yulia Skripal (33).
Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) merilis laporannya mengenai dugaan penggunaan zat kimia beracun terhadap Sergei dan Yulia di Salisbury, Inggris, pada 4 Maret 2018. Meski demikian, OPCW tidak secara khusus menyebut jenis bahan kimia yang digunakan.
Investigasi yang dilakukan pemerintah Inggris melalui ahli senjata kimia di pusat penelitian militer dekat Porton Down, bersama bukti-bukti yang dikumpulkan oleh Departemen Keamanan Inggris, menemukan bahwa bahan kimia yang digunakan dalam serangan itu adalah Novichok.
Advertisement
Novichok merupakan jenis racun saraf yang dikembangkan oleh Uni Soviet dan Rusia antara tahun 1971 dan 1993. Para ilmuwan Rusia yang mengembangkan racun ini mengklaim bahwa Novichok adalah racun syaraf paling mematikan yang pernah dibuat.
Menanggapi penemuan tersebut, pemerintah Inggris menyimpulkan bahwa Rusia adalah satu-satunya negara yang harus bertanggung jawab terhadap serangan eks mata-matanya.
Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, juga membenarkan bahwa laporan yang dirilis OPCW mendukung penyelidikan Inggris. Melalui keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com dari Kedutaan Besar Inggris di Indonesia, Jumat (13/4/2018), berikut pernyataan resmi Johnson.
"Hari ini pengawas senjata kimia internasional telah mengkonfirmasi temuan Inggris, terkait dengan jenis bahan kimia beracun yang digunakan dalam percobaan pembunuhan Skripal dan putrinya, juga melukai seorang perwira polisi Inggris. Racun itu adalah agen saraf kelas militer -- Novichok.
"Hasil penyelidikan ini didasarkan pada uji laboratorium independen di empat lokasi berbeda dan memiliki reputasi tinggi. Keempatnya menyatakan hasil konklusif yang sama.
"Tidak diragukan lagi dan tidak perlu penjelasan alternatif tentang siapa yang harus bertanggung jawab di balik serangan itu -- hanya Rusia yang memakai cara dan motif ini, serta memiliki rekam jejaknya.
"Kami menggandeng OPCW untuk menguji sampel tersebut, untuk memastikan bahwa penelitian kami sudah sesuai prosedur. Kami tidak pernah meragukan analisis para ilmuwan kami di Porton Down.
"Agar lebih transparan, karena kami tidak ingin seperti Rusia yang suka menyembunyikan sesuatu, kami meminta OPCW untuk mempublikasikan ringkasan eksekutif supaya semua orang dapat melihat dan mengedarkan laporan lengkap kepada semua negara yang menjadi bagian OPCW, termasuk Rusia.
"Kami akan bekerja keras bersama para mitra kami untuk membantu menghapus penggunaan senjata mengerikan seperti ini, dan kami akan berdiskusi dengan Dewan Eksekutif OPCW pada Rabu depan, guna membahas langkah selanjutnya. Kremlin harus memberikan jawaban.
"Kita harus, sebagai masyarakat internasional, membela aturan dunia yang membuat kita aman. Penggunaan senjata berbahaya ini tidak pernah diizinkan dan harus diakhiri."
Â
Saksikan video pilihan berikut ini: