Sukses

Studi: Kebiasaan Begadang Berisiko Sebabkan Kematian Dini

Studi ini mengambil responden di rentang usia 30 hingga 73 tahun. Mereka diteliti selama hampir tujuh tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa mereka yang sering begadang, berisiko mengalami kematian dini.

Hasil penelitian yang dimuat di jurnal Chronobiology International itu, menganalisis data kebiasaan tidur dari sekitar setengah juta orang di Inggris dan Amerika Serikat.

Dikutip dari Time.com pada Minggu (15/4/2018), studi ini mengambil responden di rentang usia 30 hingga 73 tahun, yang diteliti selama hampir tujuh tahun.

Peneliti menemukan bahwa orang-orang yang terlalu sering begadang, memiliki risiko meninggal dini sebanyak 10 persen lebih tinggi, dibandingkan mereka yang melakukannya sesekali.

Para peneliti, yang berasal dari tim gabungan University of Surrey di Inggris dan Northwestern University di Chicago, juga menemukan bahwa mereka yang sering begadang lebih mungkin memiliki masalah kesehatan seperti diabetes, masalah neurologis, dan gangguan pernapasan.

Menariknya, peneliti berargumen bahwa faktor potensial penyebab kematian dini pada mereka yang sering begadang, adalah karena dunia modern diatur oleh orang-orang yang bangun lebih pagi.

"Kesehatan mereka yang sering begadang (sebenarnya) disebabkan ketidaksejajaran antara jam biologis endogen, dan waktu kegiatan sosial," jelas salah satu penulis.

 

Simak video pilihan berikut:

 

 

2 dari 2 halaman

Bukan studi pertama

Ini bukan studi pertama yang menemukan hubungan antara waktu tidur terlambat dan kesehatan yang lebih buruk.

Penelitian lain telah menghubungkan kebiasaan begadang dengan risiko depresi yang lebih besar, penggunaan narkoba, dan perilaku gaya hidup negatif, seperti makan makanan berlemak yang tidak sehat.

Penelitian ini hanya menunjukkan hubungan antara identifikasi terhadap mereka yang terbiasa begadang, dan risiko meninggal lebih awal, sehingga temuannya belum benar-benar memiliki korelasi pasti.

Juga tidak mungkin untuk mengatakan apakah orang-orang dalam penelitian itu benar-benar selalu begadang, atau selalu bangun lebih awal.

Tetapi, menurut peneliti, masih ada cara potensial untuk mengatasi keterkaitan yang mengerikan ini.

Meski para peneliti mengatakan bahwa genetika mungkin terlibat dalam pola kebiasaan tidur seseorang, sejatinya masih ada kemungkinan untuk mengontrol.

Penulis utama studi ini, Kristen Knutson, seorang profesor neurologi di Feinberg Medical Shcool of Northwestern, mengatakan bahwa jika ingin lepas dari kebiasaan begadang, mereka harus mencoba untuk menjaga waktu tidur reguler, mendapatkan paparan cahaya alami di pagi hari dan mencoba untuk menyelesaikan sesuatu lebih awal di malam hari, guna mendapatkan waktu istirahat yang baik.