Liputan6.com, Naypyidaw - Pemerintah Myanmar mengumumkan telah menerima kembali satu keluarga pengungsi Rohingya. Mereka dipulangkan kembali dari Bangladesh di tengah peringatan PBB, bahwa tidak aman bagi pengungsi untuk kembali.
Sekitar 700.000 warga Rohingya telah melarikan diri melintasi perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk menyelamatkan diri dari operasi militer, yang dimulai sejak Agustus 2017.
PBB menuding, melalui operasi militer tersebut Myanmar telah melakukan 'pembersihan etnis'. Namun, Myanmar membantah hal itu.
Advertisement
Seperti dikutip dari BBC, Minggu (15/4/2018), Myanmar mengatakan lima anggota keluarga pengungsi Rohingya tersebut tiba di 'kamp patriasi' pada hari Sabtu. Mereka diberikan kartu identitas dan perbekalan.
Jika benar terbukti, keluarga tersebut menjadi kelompok pertama Rohingya yang dipulangkan ke Myanmar sejak krisis dimulai.
Baca Juga
Pemerintah Myanmar telah memulai operasi militer di Rakhine pada Agustus 2017. Mereka beralasan kebijakan itu diambil untuk menumpas militan Rohingya.
Pada awal bulan ini, tujuh tentara Myanmar divonis 10 tahun penjara dengan kerja paksa di daerah terpencil karena berpartisipasi dalam pembantaian 10 pria muslim Rohingya di sebuah desa di barat laut Rakhine pada September 2017.
Pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh bersaksi bahwa operasi militer meluas pada penindasan seperti pembunuhan tidak pandang bulu, pemerkosaan, dan pembakaran desa.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Nasib Rohingya
Rohingya adalah kelompok etnis minoritas muslim di Myanmar. Mereka tidak diakui oleh negara dan diangap imigran ilegal dari Bangladesh.
Foto-foto yang dirilis oleh otoritas Myanmar pada hari Sabtu menunjukkan kelompok yang mereka sebut keluarga 'muslim' menerima Kartu Verifikasi Nasional. Myanmar tidak 'menggunakan' kata Rohingya.
Kartu yang diberikan itu adalah bentuk identitas, namun tidak serta merta memberikan mereka kewarganegaraan. Para pemimpin Rohingya di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh telah menolak kartu identitas tersebut.
Sehari sebelum Myanmar mengumumkan tentang kedatangan keluarga Rohingya tersebut, Badan Pengungsi PBB memperingatkan bahwa kondisi di Myanmar "belum kondusif untuk kembali dengan aman, bermartabat, dan berkelanjutan".
"Pengungsi di Bangladesh mengatakan bahwa sebelum mempertimbangkan kembali ke Myanmar, mereka perlu melihat kemajuan konkret terkait status hukum dan kewarganegaraan, keamanan, dan kemampuan mereka untuk menikmati hak-hak dasar di rumah di Negara Bagian Rakhine," kata badan PBB tersebut.
Advertisement