Liputan6.com, Douma - Amerika Serikat, Prancis dan Inggris telah melancarkan serangan udaranya di Suriah, Sabtu 15 April 2018.
Ketiga negara tersebut mengincar Douma, di mana Rusia dan pemerintah Suriah diduga menggunakan senjata kimia beracun untuk menghancurkan pemberontak, tetapi juga menyasar warga sipil.
Baca Juga
Pemerintah AS, Inggris, dan Prancis menyebut 105 rudal diluncurkan di tiga tempat di Suriah, termasuk Douma, sebagai bagian dari operasi yang terkoordinasi pada 14 April 2018, sekitar pukul 4 pagi waktu setempat.
Advertisement
Serangan koalisi itu diluncurkan melalui udara dan laut, merespons penggunaan zat kimia beracun yang diduga dilaukan di Douma seminggu sebelumnya.
Jenderal Korps Marinir AS dan Ketua Kepala Staf Gabungan (Chairman of the Joint Chiefs of Staff), Joseph Dunford, mengatakan bahwa Him Shinshar adalah lokasi yang jadi target utama dalam penyerangan subuh tersebut.
Kementerian Pertahanan AS, Jim Mattis, mengatakan Him Shinshar adalah bekas pangkalan rudal, terletak sekitar 15 mil sebelah barat Homs (sebuah kota di utara Damaskus), di mana rezim Suriah diyakini menyimpan persediaan prekursor senjata kimia yang digunakan untuk memproduksi gas mustard atau sarin.
Sebanyak 22 rudal milik Prancis, Inggris, dan AS menghantam situs ini, termasuk delapan rudal dari British Storm Shadow dan sembilan rudal Tomahawk Amerika.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Him Shinshar
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, fasilitas ini digunakan untuk menyimpan bahan baku senjata kimia, sehingga melanggar kewajiban-kewajiban Suriah di bawah Konvensi Senjata Kimia.
Bahan baku senjata kimia di lokasi tersebut ditengarai mampu menghasilkan gas beracun seperti Sarin.
"Dengan menggunakan analisis sains secara sangat hati-hati, ditentukanlah lokasi terbaik guna menargetkan Storm Shadows, demi memaksimalkan penghancuran stok bahan kimia sekaligus meminimalkan risiko kontaminasi di daerah sekitar," papar Kementerian Pertahanan Inggris.
Kantor berita pemerintah Suriah melaporkan, sejumlah rudal menargetkan posisi militer di Provinsi Homs. Namun, rudal-rudal itu telah ditangkal dan dialihkan dari jalurnya.
Sebanyak tiga warga sipil luka-luka dalam serangan itu, menurut kantor berita pemerintah Suriah, tanpa menjelaskannya secara rinci.
Jenderal Dunford mengatakan, ruang bawah tanah -- yang berada sekitar tujuh kilometer dari lokasi penyimpanan senjata kimia -- berisi fasilitas penyimpanan perlengkapan senjata kimia dan pos komando penting.
Serangan AS, Inggris, dan Prancis diklaim mampu membuat sistem pertahanan udara Suriah kewalahan.
"Kami percaya diri bahwa semua rudal kami mencapai targetnya. Pada akhir misi serangan, semua pesawat kembali ke pangkalan dengan selamat," ujarnya.
Militer AS memperkirakan rudal air-to-surface atau peluru kendali udara ke darat telah diluncurkan pasukan pemerintah Suriah. Namun, peluncuran-peluncruan itu terjadi setelah rampungnya serangan dari ketiga negara.
Advertisement
Pusat Penelitian dan Pengembangan Barzah
Fasilitas penelitian ilmiah di Barzeh, utara Damaskus, konon menjadi pusat program senjata kimia Presiden Suriah, Bashar al-Assad. Tempat ini pun tak luput dari serangan udara militer koalisi.
Menurut Letnan Jenderal Kenneth McKenzie, yang memimpin misi gabungan itu mengatakan, 76 rudal ditembakkan ke pusat penelitian Barzeh, terdiri dari 57 rudal jelajah Tomahawk dan 19 rudal air-to-surface atau peluru kendali udara ke darat.
Pada Mei tahun lalu, BBC melaporkan bahwa situs Barzah digunakan oleh rezim Suriah untuk memasang senjata kimia pada rudal jarak jauh. Hal ini melanggar perjanjian tahun 2013 yang telah menyepakati penghilangan penggunaan senjata kimia dari negara itu.
Gambar di bawah ini, dirilis oleh Kementerian Pertahanan AS, menunjukkan kerusakan Barzah dari jarak lebih dekat.