Sukses

Kedai Kopi di AS Ini Bertekad Bantu Kehidupan para Pengungsi

Kedai kopi ini mencerminkan keragaman yang sesungguhnya, memberikan tempat yang aman bagi warga baru Amerika serta pengungsi.

Liputan6.com, Georgia - Kedai kopi bernama Refuge Coffee di Clarkston, Georgia ini adalah bisnis nirlaba yang didirikan dengan tujuan sederhana yakni meningkatkan kualitas hidup para pengungsi di AS.

Tak hanya menjadi pusat pertemuan banyak orang dari berbagai latar belakang budaya, tapi juga membantu para pengungsi meningkatkan keterampilan kerja dan penghasilan, sambil beradaptasi dengan kehidupan baru mereka di negara baru.

Kedai kopi ini mencerminkan keragaman yang sesungguhnya, memberikan tempat yang aman bagi warga baru Amerika serta memberi para pengungsi kesempatan untuk membangun kehidupan baru dan aktif dalam komunitas yang sangat berbeda dengan yang sebelumnya.

Pendirinya, Kitti Murray, mengatakan dia ingin menciptakan ruang aman di mana orang-orang merasa diterima.

"Saya rasa orang ingin merangkul satu sama lain, dan apabila mereka diberikan lingkungan yang aman, rasanya lezat, aromanya harum dan nyaman, maka orang-orang pun merasa nyaman," kata Pendiri Refuge Coffee, Kitti Murray seperti dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (16/4/2018).

"Ya, orang-orang yang datang kemari berasal dari berbagai latar belakang agama dan negara, dan ada banyak perbedaan budaya. Tapi karena kami sangat terbuka pada siapa saja, justru memperkaya kami," ujar Kitti.

Gagasan ini meluas sejak perusahaan itu mulai dengan hanya satu truk kopi berwarna merah. Dan itu merupakan peluang yang baik, kata Murray, untuk merasakan keragaman Clarkston.

"Saya belajar banyak tentang budaya lain, dan ada banyak keindahan mengenai itu. Kami tidak tahu orang-orang itu tapi kami tidak melabel mereka begitu saja," jelas Kitti Murray.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Membantu Orang Lain

Ahmad Alzoukani mulai bekerja di Refuge Coffee pada 2015, dua bulan setelah tiba di AS dari Suriah.

"Saya menjalani pelatihan kerja dan program pengembangan keterampilan, yang memberi saya banyak pengalaman untuk mengubah begitu banyak hal dan mempelajari sistem disini," kata Ahmad Zoulkani, karyawan Refuge Coffee.

"Dan setahun kemudian setelah menyelesaikan program itu, saya mulai bekerja dengan mereka dan membagi pengalaman saya kepada yang lainnya," kata Zoulkani menambahkan.

Membantu orang lain membangkitkan kepercayaan dan keberanian warga baru di AS ini untuk melakukan lebih banyak hal, kata Lion Shombana, yang berasal dari Republik Demokratik Kongo.

"Saya bersyukur karena saya bisa berusaha - sebagai pengungsi di negara ini - saya sangat bahagia bisa membantu para pengungsi lain meningkatkan keterampilan kerja dan bahasa mereka. Saya lebih bahagia dibanding sebelumnya,” kata Lion Shombana, karyawan Refuge Coffee.

Dengan 60 bahasa dan 148 kewarganegaraan tersebar di Clarkston, Refuge Coffee telah menjadi bagian integral dalam masyarakat, menarik pengunjung dari berbagai latar belakang untuk berkumpul dan berbagi kisah dari seluruh dunia.