Liputan6.com, Seoul - Aktris legendaris Korea Selatan tahun 1960-an, Choi Eun-hee, mengembuskan napas terakhirnya pada Senin, 16 April 2018 di Gangseo, Seoul.
Wanita yang pernah menjadi korban penculikan rezim Korea Utara ini meninggal pada usia 92 tahun karena mengidap penyakit kronis, Yonhap melaporkan.
Menurut keterangan dari pihak keluarga, ikon bintang film Negeri Gingseng itu wafat dalam perjalanan ke rumah sakit untuk cuci darah.
Advertisement
"Ibuku meninggal ketika dia dibawa ke rumah sakit untuk cuci darah siang ini (Senin waktu setempat)," ucap putra pertamanya, Shin Jeong-gyun, seperti dikutip dari Yonhap, Selasa (17/4/2018).
Lahir di Gwangju, Gyeonggi, Korea Selatan pada 20 November 20 1926, Choi Eun-hee telah membintangi sekitar 130 film sepanjang kariernya, termasuk saat dia menjadi tawanan Korea Utara.
Dia mulai terjun di dunia perfilman pada 1947 dengan menjadi pemeran figuran dalam film berjudul A New Oath.
Choi Eun-hee semakin naik daun berkat bakat aktingnya yang luwes. Pada 1948, dia menjadi pemeran utama dalam film The Sun Of Night dan A Hometown in Heart pada 1949.
Dia juga menjadi salah satu dari tiga aktris paling terkenal pada masanya, bersama dengan Kim Ji-mi dan Um Aing-ran. Dia juga menulis sebuah buku otobiografi berjudul "Confessions of Choi Eun-hee" yang diterbitkan pada 2007.
Pada tahun 1954, Choi Eun-hee menikahi Shin Sang-ok, seorang sutradara film terkemuka yang sama-sama berasal dari Korea Selatan.
Keduanya mendirikan rumah produksi Shin Film dan menciptakan banyak karya. Film-film besutan Shin Film mendominasi industri film Korea di tahun 60-an dan 70-an.
Namun sayang, kisah cinta keduanya harus berakhir karena perceraian dan retaknya keharmonisan rumah tangga pada 1978.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
Â
Â
Â
Â
Penculikan Sang Bintang
Saat melakukan perjalanan bisnis ke Hong Kong pada penghujung 1978, Choi Eun-hee diculik oleh agen rahasia Korea Utara dan dibawa ke sana.
Setahun kemudian, mantan suaminya juga diculik. Mereka dipaksa membuat film untuk Korea Utara di bawah rezim Kim Jong-il, seperti dikutip dari BBC.
Kim Jong-il merupakan seorang penggemar dan pengamat setia film-film besar Hollywood. Ia menyukai film Rambo pertama dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Elizabeth Taylor. Juga film James Bond yang menginspirasinya untuk melakukan operasi rahasia.
Para diplomat Korea Utara yang bertugas di negara-negara Barat diperintahkan untuk mengamankan salinan film-film besar itu, khusus untuknya, dan kemudian ditonton di Pyongyang.
Tapi Kim Jong-il menginginkan sesuatu yang lebih. Ia ingin melihat industri film Korea Utara bersaing di panggung internasional. Ia ingin menjadi produser film yang memenangkan piala di sejumlah festival film-film besar dunia.
Choi Eun-hee dan mantan suaminya dipenjara secara terpisah. Shin Sang-ok ditahan selama empat tahun karena dia menolak untuk bekerja sama, namun mereka akhirnya dipertemukan setelah Shin Sang-ok menyerah.
Selama lima tahun mereka bekerja, membuat film untuk kelangsungan hidup mereka di Korea Utara, Shin Sang-ok "berduet" dengan Kim Jong-il untuk memproduksi banyak film. Salah satunya adalah Pulgasari, film tentang godzilla, lengkap dengan pesan propaganda.
Advertisement
Akhirnya Menghirup Udara Kebebasan...
Setelah delapan tahun pasangan ini diperdaya Kim Jong-il, akhirnya pada 1986, keduanya diizinkan ke luar negeri untuk menghadiri festival film di Wina.
Kesempatan itu dimanfaatkan mereka untuk kabur. Shin Sang-ok dan mantan istrinya meminta suaka ke Kedubes AS di Austria.
Meskipun mereka menegaskan bahwa mereka adalah tawanan Korea Utara, mereka masih meminta maaf kepada Kim Jong-il karena telah mengelabuinya. Setelah lebih dari 10 tahun di pengasingan, mereka secara permanen kembali ke rumah pada tahun 1999.
Korea Utara mengaku telah menculik beberapa warga Jepang dan Pyongyang. Negara ini membenarkan bahwa pihaknya telah menculik 13 orang pada tahun 1970 dan 1980-an.
Lima orang di antaranya telah kembali ke Jepang pada 2002, tetapi Pyongyang mengatakan delapan lainnya telah tewas sebelum kembali ke asalnya. Meski demikian, Jepang tidak mempercayainya.
Â