Liputan6.com, Washington, DC - Barbara Bush mantan First Lady Amerika Serikat periode 1989-1993 meninggal dunia pada usia 92 tahun. Beberapa hari sebelum kepergiannya, kesehatan Barbara dikabarkan menurun.
"Nyonya Bush keluar-masuk rumah sakit baru-baru ini dan sekarang kondisi kesehatannya menurun," demikian menurut seorang juru bicara keluarga seperti dikutip dari Daily Mail, Senin, 16 April 2018.
"Pasca-serangkaian perawatan di rumah sakit baru-baru ini, dan setelah berkonsultasi dengan keluarga dan dokter, Nyonya Bush yang sekarang berusia 92 tahun, telah memutuskan untuk tidak mencari perawatan medis tambahan dan akan fokus pada perawatan yang membuatnya nyaman," jelas jubir tersebut.
Advertisement
"Kondisi Barbara Bush tak mengejutkan orang-orang yang mengenalnya, sebab kesehatannya memang menurun... Dia dikelilingi oleh keluarga yang dikaguminya, dan mendapat banyak nasihat baik terutama doa untuknya."
"Mantan ibu negara telah berjuang melawan penyakit paru obstruktif kronik dan gagal jantung kongestif," kata sumber yang dekat dengan keluarga Bush kepada CNN.
Seperti dilansir The Guardian, Selasa (18/4/2018), Barbara Bush masuk ke dalam kehidupan publik Amerika Serikat ketika suaminya, George H.W. Bush, yang berkecimpung di sektor minyak selama 16 tahun, memulai karier politik. Saat Bush Sr menjadi anggota Kongres dari Partai Republik pada 1967, keluarga mereka pindah ke Washington. Di ibu kota, namanya mulai dikenal.
Saat karier Bush Sr menanjak dengan cepat --Bush Sr pernah menjadi Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB dan China, ketua partai Republik, Direktur CIA, Wakil Presiden bagi Ronald Reagan, sebelumnya akhirnya menjadi Presiden-- Barbara Bush terlibat dalam banyak hal. Tidak hanya mengurus rumah tangga namun, ia juga memainkan peran kuat dalam kampanye politik sang suami dan kandidat Republik lainnya.
Baca Juga
Belakangan, Barbara dijuluki sebagai "nenek bangsa", namun di lain sisi hubungannya dengan media kerap diselimuti ketegangan. Ia menganggap media sebagai konspirasi Demokrat.
Terlepas dari kesederhanaannya, dalam otobiografinya "Barbara Bush: A Memoir" mengaku bahwa dirinya menderita depresi klinis yang parah. "Kadang-kadang rasa sakitnya begitu hebat," tulisnya, "bahwa saya merasakan dorongan untuk menabrakkan mobil ke pohon atau mobil lainnya. Ketika itu kambuh, saya akan berhenti di pinggir jalan sampai saya merasa lebih baik."
Barbara Bush juga tak segan "turun tangan" dalam kasus yang melibatkan anak-anaknya. Salah satu contohnya, ketika perusahaan hipotek yang dipimpin anak ketiganya, Neil, kolaps pada 1990 dan menyisakan utang US$ 1 miliar. Barbara Bush mengadakan pertemuan dengan anggota Kongres yang mencari infomasi tentang skandal ini.
Berikut sejumlah fakta tentang Barbara Bush.
Â
Saksikan video pilihan berikut:
1. Istri dan Ibu dari Presiden Amerika Serikat
Barbara Bush merupakan salah satu dari dua wanita di Negeri Paman Sam yang menjadi istri dan ibu dari Presiden Amerika Serikat. Ia adalah istri dari George H.W. Bush, Presiden ke-41 dan ibu dari George W. Bush, Presiden ke-43 Amerika Serikat.
Selain Barbara Bush, nama lain yang mencatat sejarah serupa adalah, Abigail Adams. Abigail adalah istri dari John Adams, Presiden ke-2 dan ibu dari John Quincy Adams, Presiden ke-6 Amerika Serikat.
Advertisement
2. Terlahir dari keluarga kaya
Seperti dilansir The Guardian, Barbara terlahir dari keluarga kaya. Ia merupakan anak ketiga dari Pauline Robinson dan Marvin Pierce yang kemudian menjadi pemimpin McCall Corporation, penerbit majalah wanita terkenal, Redbook dan McCall's.
Barbara lahir di Booth Memorial Hospital di Flushing, Queens, New York. Ia dibesarkan di Rye, New York, dan bersekolah di Rye Country Day School sebelum melanjutkan pendidikannya di Ashley Hall, Charleston, Carolina Selatan.
Moyang Barbara adalah seorang kolonis dari New England. Uniknya, juga merupakan moyang Presiden ke-14 Amerika Serikat, Franklin Pierce. Berdasarkan berita majalah Time, ibu Barbara tewas akibat sebuah kecelakaan mobil.
3. Advokat Buta Huruf
Setelah sebelumnya menemukan bahwa anak-anaknya sendiri memiliki kecenderungan disleksia dia memutuskan untuk berkampanye mendukung keaksaraan. "Saya menyadari bahwa semua yang saya khawatirkan akan lebih baik jika lebih banyak orang dapat membaca, menulis, dan memahami. Lebih banyak yang akan tetap bersekolah dan mendapatkan pendidikan, yang berarti lebih sedikit akan beralih ke jalan dan terlibat dengan kejahatan atau narkoba, hamil, atau kehilangan rumah mereka."
Dia mempertahankan kepeduliannya terkait keaksaraan selama sisa hidupnya. Ketika ia menjadi ibu negara, ia menulis dua buku.
Buku pertamanya adalah cerita anak-anak tentang Millie. Adapun Millie adalah nama dari anjing peliharaannya. Buku ini mendapat sambutan yang cukup baik dan berhasil mengumpulkan US$ 100.000 untuk dua badan amal literasi independen.
Sementara itu, buku keduanya, yang berjudul persis seperti namanya, meraih sukses luar biasa. Buku itu melesat ke puncak daftar buku terlaris New York Times pada publikasi dan akhirnya terjual lebih dari 400.000 eksemplar. Penjualan memoar ini mengumpulkan lebih dari US$ 1 juta untuk Barbara Bush Foundation yang didedikasikannya untuk keaksaraan. Yayasan ini didirikan Barbara Bush pada 1989.
Advertisement