Liputan6.com, Jakarta - Kelompok gabungan peneliti dari Indonesia dan Singapura mengklaim telah menemukan setidaknya 12 spesies baru, di bagian barat dan selatan perairan dalam Laut Jawa.
Dua belas spesies hewan laut terbaru itu terdiri dari kelomang, udang, lobster, dan kepiting.
The South Java Deep Sea Biodiversity Expedition 2018 (SJADES 2018), nama ekspedisi pertama yang dilakukan oleh kedua negara tersebut, juga mengklaim telah menemukan lebih dari 40 spesies unik lainnya.
Advertisement
Dikutip dari South China Morning Post pada Rabu (18/4/2018), hal itu menjadikannya sebagai rekor temuan spesies terbanyak di wilayah perairan laut Indonesia.
"Angka temuan tersebut bisa jadi adalah puncak gunung es, karena peneliti berhasil menangkap sekitar 12.000 spesimen yang dikumpulkan selama 14 hari ekspedisi," kata Peter Ng, pemimpin kelompok peneliti asal Singapura.
Baca Juga
Sebanyak 31 orang peneliti, bersama dengan 25 orang ABK, berangkat dari Jakarta menggunakan kapal Baruna Jaya VIII milik pemerintah Indonesia, sejak 23 Maret.
Mereka berlayar berlawanan arah jarum jam menuju Cilacap di selatan Jawa, lalu memutar melewati Banyuwangi dan Surabaya, sebelum kemudian kembali ke Jakarta.
Penelitian tersebut dilakukan di wilayah perairan dengan kedalaman antara 800 meter hingga 2.100 meter.
Di antara spesies baru tersebut, terdapat beberapa hewan laut yang ciri fisiknya tidak biasa, seperti kepiting dengan duri kabur dan mata berwarna merah darah, lobster bertangan panjang dengan cangkang motif zebra, serta kepiting pertapa bermata hijau dengan capit pita warna oranye.
Adapun makhluk laut berukuran besar yang tertangkap, di antaranya adalah cumi-cumi sepanjang 40-50 cm, teripang laut ungu seberat satu kilogram, dan spons tulip laut dengan panjang sekitar satu meter.
Sedangkan makhluk berukuran sangat kecil yang terjaring, di antaranya adalah cacing dan sejenis krutasea (hewan bercangkang) yang disebut copepods, dengan ukuran rata-rata 1-2 milimeter.
Â
Simak video pilihan berikut:
Â
Â
Jumlah Sampah Lautan Kian Mengkhawatirkan
Menurut Profesor Peter Ng, ekspedisi laut dalam biasanya dilakukan oleh para ilmuwan dari Amerika, Australia, dan Inggris.
Ekspedisi yang dijalankannya itu merupakan yang pertama dilakukan oleh kelompok ilmuwan asli Asia.
Hal tersebut diramalkan akan menjadi pendorong kemunculan lebih banyak penelitian serupa oleh para ilmuwan non-Barat, khususnya yang berasal dari generasi peneliti muda.
Selain menemukan beberapa spesies baru, ekspedisi tersebut juga menemukan fakta bahwa sampah telah menjadi masalah pelik yang mendera perairan laut.
Sampah-sampah yang ditemui tersebut, di antaranya adalah bekas kantong plastik, bungkus makanan ringan, kemasan sachet, tabung pasta gigi, dan juga pakaian.
Menurut Dwi Sulistyo, pemimpin tim peneliti Indonesia, sebanyak lima dari total 63 titik perairan yang diteliti, memiliki jumlah kumpulan sampah yang mengkhawatirkan.
"Bahkan, kami menemukan sebuah celana dalam di titik kedalaman hampir 1.000 meter," ujar Dwi.
"Sampah mengapung dapat ditemukan di banyak titik di seluruh perairan laut dunia, tidak terkecuali di kawasan terpencil di Pasifik dan Hindia, yang padahal tidak ada manusia di sekitarnya, sehingga ini harus menjadi perhatian serius kita sekarang," lanjutnya.
Sementara itu, hasil penelitian seluruh spesimen yang didapat tersebut, rencananya paling lambat diumumkan sebelum 2020 mendatang, dalam bentuk lokakarya di Indonesia.
Advertisement