Liputan6.com, Beijing - China menggelar latihan militer dan simulasi bersenjata (live-fire drill) di Selat Taiwan pada Rabu, 18 April 2018, menurut laporan media pemerintah Negeri Tirai Bambu.
Latihan pertama yang dilaksanakan sejak tahun 2016 itu selalu memiliki pesan geopolitik tersirat: memamerkan perkembangan kekuatan Angkatan Laut China tepat di muka zona kemaritiman Taiwan, guna menajamkan seteru kedaulatan antara kedua negara.
China mengklaim Taiwan sebagai bagian wilayahnya negaranya. Di sisi lain, Formosa (nama tradisional Taiwan) mendeklarasikan diri sebagai pemerintahan yang berdaulat.
Advertisement
Simulasi tempur itu dilaksanakan di wilayah dua mil persegi di kawasan gugus kepulauan lepas pantai Quanzhou, Provinsi Fujian, China.
Baca Juga
Lokasi latihan itu hanya berjarak sekitar 201 km dari Kota Hsinchu, lepas pantai barat Taiwan.
Liu Jieyi, Taiwan Affairs Office --lembaga pemerintah China -- mengatakan pada awal pekan ini bahwa latihan itu dimaksudkan untuk menguatkan kedaulatan Negeri Tirai Bambu.
"Latihan militer itu kami lakukan untuk melindungi kedaulatan tanah air dan integritas teritorial kami," kata Liu seperti dikutip dari The New York Times (19/4/2018).
China telah meningkatkan tekanan terhadap Taiwan dalam beberapa bulan terakhir. Di sisi lain, Amerika Serikat telah mengambil langkah untuk menunjukkan dukungan bagi Formosa -- di mana keduanya merupakan sekutu lama.
Latihan yang dilaksanakan pada hari Rabu kemungkinan besar direncanakan jauh sebelumnya. Tapi, gelaran itu terlaksana pada saat yang sama ketika Amerika Serikat dan Tiongkok semakin berselisih atas sejumlah masalah selain Taiwan, khususnya perdagangan alias US - China Trade War.
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Menebalkan Tensi Geopolitik?
Bulan April 2018 menandai serangkaian latihan militer yang dilakukan oleh China, juga Taiwan.
Pekan lalu, China menggelar latihan berskala besar di lepas pantai Pulau Hainan di Laut Cina Selatan -- di mana Pemimpin Tiongkok Xi Jinping turut menghadiri latihan tersebut.
Latihan tersebut, yang melibatkan 48 kapal, 76 pesawat dan lebih dari 10.000 personel, adalah yang terbesar yang pernah dilakukan oleh Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat, kata media pemerintah.
"Gelaran itu lebih tentang parade militer di laut, tak lebih," kata Bonnie Glaser, penasihat senior bidang Asia untuk Center for Strategic and International Studies (CSIS).
Usai latihan Laut China Selatan, Tiongkok segera menggelar simulasi militer di Selat Taiwan pada pekan berikutnya, alias minggu ini.
"Berbeda dengan di Laut China Selatan, latihan di Selat Taiwan itu justru mengandung makna peringatan (bagi Taiwan) atas dinamika Taiwan - China - Amerika Serikat saat ini," lanjut Glaser.
Bulan lalu, selama pertemuan legislatif penting di Beijing, Xi Jinping mengeluarkan klaim tegasnya atas Taiwan serta kontrolnya terhadap Hong Kong.
Kendati demikian, Taiwan tak hanya diam. Formosa juga mengadakan latihan militer sendiri di Pantai Timur pekan lalu -- yang turut dihadiri oleh Presiden Tsai Ing-wen.
"Kami memiliki setiap keyakinan dan tekad untuk membela negara kami & #demokrasi!" tulisnya di Twitter mengomentari latihan tersebut.
China juga telah meningkatkan penerbangan pembom strategis dan jet tempur di Taiwan dalam beberapa bulan terakhir. Selain itu, Kapal Induk China Liaoning dan kapal-kapal angkatan laut lainnya telah berlayar melalui Selat Taiwan, meskipun mereka tetap berada di sisi kedaulatan China, yang selebar 81 mil pada titik tersempitnya.
Menurut pakar, serangkaian latihan dan aktivitas militer tersebut menunjukkan kelanjutan dari praktik lama atas eskalasi aktivitas militer kedua pihak di kawasan. Kata Sheryn Lee, dosen studi keamanan di Macquarie University, Sydney, Australia.
"Mereka telah melakukan hal tersebut sebelumnya ... dan biasanya dilakukan untuk mengingatkan eksistensi kekuatan masing-masing," kata Lee.
Advertisement