Liputan6.com, Jakarta - Dini hari yang mencekam, 15 April 1912, sebuah sekoci melaju pelan di lokasi tenggelamnya Kapal Titanic di Laut Atlantik Utara.
Dengan penerangan seadanya, mata awak kapal penyelamat menyisir area sekitar, mencari tanda-tanda kehidupan di tengah kegelapan. Sejauh mata memandang, hanya ada puing-puing berserakan dan jasad-jasad beku lagi pucat yang mengambang di air. Hingga akhirnya, ditemukan seorang pemuda asal China yang bergantung nyawa pada sepotong kayu.
Advertisement
Baca Juga
Pemuda tersebut adalah satu dari enam penumpang asal China yang selamat dari tragedi Titanic -- fakta yang jarang diungkap atau sengaja ditutupi terkait salah satu peristiwa kemaritiman terbesar dalam sejarah tersebut. Seperti dikutip dari Washington Post, Jumat (20//4/2018), kala itu, pada pergantian Abad ke-20, situasi di Barat cenderung tidak bersahabat dengan orang-orang Tionghoa.
Sekitar 1.500 orang tewas setelah RMS Titanic yang berjuluk 'The Unsinkable Ship' menabrak gunung es pada 14 April 1912, dalam pelayaran perdananya. Hanya sekitar 700 orang yang selamat -- lolos dari maut dengan berebut sekoci yang jumlahnya hanya 20 buah, atau nyaris putus asa menanti pertolongan di lautan beku.
Namun, fakta keberadaan delapan pemuda asal China di kapal Titanic nyaris tak diketahui. Enam dari mereka selamat, namun dilarang menginjakkan kaki di Amerika Serikat.
Nama-nama mereka masih bisa ditemukan dalam sebuah tiket kelas tiga: Ah Lam, Fang Lang, Len Lam, Cheong Foo, Chang Chip, Ling Hee, Lee Bing, dan Lee Ling.
Kini, sebuah film dokumenter berjudul "The Six" mengangkat cerita tentang enam orang tersebut. Pembuatnya, Arthur Jones dan Steven Schwankert berniat mengungkap kisah hidup mereka -- apa latar belakangnya dan bagaimana mereka bisa selamat dari tragedi Titanic.
Jones dan Schwankert berpendapat, kemungkinan besar, kedelapan orang tersebut adalah pelaut profesional yang bekerja di Inggris. Mereka baru saling mengenal tak lama sebelum naik ke Titanic.
Tujuan akhir mereka adalah Kuba. Para pria asal China itu dijadwalkan menaiki kapal kargo yang dikenal sebagai The Annetta di New York.
"Alasan mereka bepergian dengan Titanic adalah untuk bekerja," kata Steven Schwankert kepada Washington Post, seperti dikutip dari Daily Mail. "Mereka adalah pelaut profesional yang sedang diperbantukan dari perusahaan di Inggris, untuk bekerja di perusahaan-perusahaan di Amerika Utara."
Mereka menempati geladak, kelas terendah dalam kabin. Hanya 20 persen penumpang di sana, yang bukan berkewarganegaraan Inggris, yang selamat.
Saat Titanic perlahan karam, lima dari delapan orang tersebut melarikan diri menggunakan sekoci. Empat di antaranya menaiki Collapsible C -- perahu penyelamat terakhir yang meninggalkan Titanic.
Ketika ditemukan oleh para penyelamat, Collapsible C dalam kondisi tak penuh. Masih banyak ruang kosong yang seharusnya bisa menyelamatkan lebih banyak nyawa manusia.
Joseph Bruce Ismay, pimpinan dan direktur pelaksana White Star Line -- perusahaan pemilik Kapal Titanic -- ditemukan di dalamnya. Juga ada George T Rowe, juru mudi bahtera itu. Kedua penyintas tersebut bersaksi soal keberadaan empat pemuda asal China dalam sekoci.
Sementara, korban selamat keenam ditemukan di dalam laut oleh sekoci yang berbalik, untuk menyelamatkan mereka yang masih bernyawa pasca-tenggelamnya Titanic.
Saksikan video menarik di bawah ini:
Tak Boleh Masuk ke AS
Dua pembuat film dokumenter, Arthur Jones dan Steven Schwankert, kemudian menemukan fakta bahwa meski selamat dari pengalaman mengerikan, keenam pria asal China tak diizinkan masuk ke AS.
Hanya sehari setelah tiba di New York, mereka dipaksa naik ke Anetta dan dibawa ke Karibia untuk bekerja di kapal pengangkut buah.
Perlakuan tersebut diduga sebagai dampak dari Chinese Exclusion Act. Undang-Undang federal yang ditandatangani oleh Presiden Chester A. Arthur pada 6 Mei 1882 melarang semua buruh dari Tiongkok bermigrasi ke Amerika Serikat.
Tak seperti penyintas lainnya, mereka tak diperkenankan untuk melewati pemeriksaan di Ellis Island. Para pemuda itu juga tidak menerima bantuan medis -- dalam kondisi babak belur secara fisik dan mental setelah terombang-ambing di lautan ganas.
"Mereka tidak diperlakukan secara manusiawi," kata Jones. "Padahal mereka sedang berduka, kehilangan rekan di Titanic."
Tak hanya harus meninggalkan Amerika Serikat dalam 24 jam, enam pemuda asal China itu juga meringkuk semalam di tahanan. "Yang lebih aneh lagi, setelah menaiki Annetta, mereka lenyap dari sejarah."
Arthur Jones dan Steven Schwankert membutuhkan riset selama dua tahun untuk membuat film dukumenter "The Six". Mereka pergi ke Amerika Serikat, Inggris, China, Kuba, hingga Karibia.
Mereka juga membuat situs internet khusus whoarethesix.com, untuk menemukan informasi tambahan terkait para penyintas Titanic asal China tersebut, untuk dimuat dalam film dokumenter, yang kini masih dalam proses produksi.
Jones dan Schwankert juga menemui keturunan enam pemuda asal China yang selamat dari tragedi Titanic itu.
Banyak yang tidak tahu bahwa nenek moyang mereka memiliki hubungan dengan Titanic -- sebagian besar dari mereka membawa rahasia itu hingga ke liang lahat.
Bagin Jones dan Schwankert, film dokumenter itu bukan sekadar memecahkan misteri. "Kami mencoba memberikan mereka tempat dalam sejarah," kata keduanya. "Tentang siapa mereka sebenarnya."
Advertisement