Liputan6.com, Asuncion - Anggota partai politik kanan-konservatif sekaligus eks-senator, Mario Abdo Benitez, telah memenangi pemilu dan terpilih menjadi Presiden Paraguay.
Benitez berhasil mengalahkan saingannya, Efrain Alegre dari partai politik oposisi liberal, dengan selisih suara tipis atau sekitar 4 persen. Demikian seperti dikutip dari BBC (24/4/2018).
Berdasarkan perhitungan, Benitez sukses mengantungi sekitar 46,46 persen suara. Sementara Alegre hanya meraup sekitar 42,73 persen.
Advertisement
Baca Juga
Kemenangan Benitez juga membuat Colorado Party, partai yang mengusung sang presiden terpilih, kembali berkuasa di Paraguay, serta menegaskan dominasi mereka dalam panggung politik negara tersebut selama puluhan tahun.
Sang presiden terpilih mengutarakan janji kampanye berupa penerapan kebijakan penurunan pajak dan penguatan geliat ekspor produk agrikultur Paraguay.
Sementara itu, dalam pidato pada 22 April 2018 lalu, Benitez berjanji akan menumbuhkan "rasa kepercayaan" warga, termasuk, "Mereka yang selama ini tidak mempercayai kami (Alegre dan tim) selama ini", ujar sang presiden terpilih Paraguay.
"Kami akan membuka tangan bagi mereka yang ingin membangun negeri dengan keadilan, moral, kekuatan, dan insititusi yang independen," ucapnya.
Presiden Saat Ini Jadi Senator
Selain presiden, Pemilu Paraguay 2018 juga menjadi ajang warga untuk memilih senator, deputi parlemen, gubernur, dan sejumlah posisi pejabat daerah lainnya.
Horacio Cartes--Presiden Paraguay saat ini yang akan lengser usai pemilu--turut berpartisipasi dalam Pemilu 2018.
Namun, Cartes tidak memperebutkan kursi eksekutif nomor 1, melainkan bersaing untuk menggaet kursi Senat Paraguay--dan ia berhasil.
Konstitusi Paraguay 1992 hanya mengizinkan presiden menjabat selama satu periode (5 tahun) saja, mengingat pengalaman negara itu yang pernah dipimpin oleh diktator selama puluhan tahun.
Pada saat menjabat, Cartes pernah mengajukan revisi konstitusi agar presiden mampu menjabat selama dua periode. Rakyat Paraguay yang trauma dengan kediktatoran menolak usulan itu, kemduian meresponsnya dengan demonstrasi dan kerusuhan.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Dekat dengan Mantan Diktator?
Di sisi lain, presiden rerpilih Mario Abdo Benitez pun merupakan anak dari figur politik yang dekat dengan mantan diktator militeristik Paraguay, Jenderal Alfredo Stroessner, yang berkuasa sepanjang 1954 - 1989.
Oleh Barat, Stroessner disebut sebagai salah satu diktator yang "paling rahasia dan jahat" dalam sejarah negara-negara Amerika Latin. Kelompok HAM menuduh sang diktator bertanggung jawab atas ribuan pembunuhan dan penghilangan paksa selama pemerintahannya.
Kekhawatiran aura kediktatoran pada diri Benitez pun sempat muncul pada sejumlah warga Paraguay. Apalagi, ketika kelompok oposisi beramai-ramai mendiskreditken Stroessner dan warisan politisnya, Benitez tak demikian.
Tetapi, kekhawatiran itu hanya samar-samar muncul dalam narasi politik warga sepanjang Pemilu Paraguay 2018.
Analis politik Francisco Capli mengatakan hubungan Abdo dengan Stroessner bukan "bagian dari diskusi dalam kampanye Pemilu Paraguay 2018" karena "mereka yang berusia dibawah 40 tahun tidak ingat lagi pada masa kediktatoran Stroessner," ujarnya seperti dikutip dari VOA.
Perdebatan politik dalam kampanye justru berfokus pada masalah keamanan, korupsi dan sosial, di mana para analis mencatat dua calon presiden memegang posisi yang relatif sama.
Pada masa kampanye, kedua kandidat juga berjanji untuk mereformasi sistem peradilan negara untuk lebih efektif mengatasi korupsi.
Saat ini, Paraguay yang merupakan eksportir kedelai dan daging sapi terkemuka tengah menikmati pertumbuhan ekonomi yang kuat dalam beberapa tahun terakhir.
Advertisement