Sukses

Paus Fransiskus: Pertemuan Korsel dan Korut Baik untuk Perdamaian

Paus berharap perdamaian segera terwujud di Semenanjung Korea.

Liputan6.com, Vatikan - Paus Fransiskus menyambut baik rencana pertemuan puncak antara Korea Selatan dan Korea Utara, pada 27 April mendatang.

Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma itu berpendapat bahwa pertemuan bersejarah di antara kedua negara serumpun, dapat menjadi momentum untuk memulai dialog damai di Semenanjung Korea.

Dikutip dari ABC News pada Rabu (25/4/2018), Paus bahkan memimpin doa di Vatikan, yang berisi harapan agar kedua negara Korea dapat membawa cita-cita perdamaian ke tingkat lebih tinggi.

Lebih lanjut, Paus Fransiskus menyebut pertemuan puncak tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk membahas cita-cita rekonsiliasi secara konkret, sekaligus mempererat kerjasama di antara kedua negara.

Presiden Korea Selatan Mooen Jae-in dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, akan bertemu tatap muka di The Peace House, yang terletak sekitar 130 meter di bagian barat daya Zona Demiliterisasi.

Pertemuan tersebut juga akan menandai sejarah, untuk pertama kalinya, pemimpin Korea Utara berkenan melintasi perbatasan menuju saudara serumpun di selatan.

Nantinya, agenda tersebut akan disusul oleh pertemuan antara Kim Jong-un dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang diperkirakan terjadi antara bulan Mei hingga awal Juni mendatang.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

2 dari 2 halaman

Bahas 3 Isu Utama

Sementara itu, dijelaskan oleh Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Chang-beom, pertemuan puncak kedua negara akan membahas tiga isu utama yang berkaitan dengan perdamaian di Semenanjung Korea.

Isu pertama adalah tentang seruan denuklirisasi, yang menurut Chang-beom, merupakan hal krusial dalam menjaga stabilitas perdamaian di wilayah Asia Timur.

"Meski belum ada keputusan pasti, tapi sinyal-sinyal positif yang disampaikan pemerintah Korea Utara sudah bisa dikatakan sebagai kemajuan yang baik," jelas Chang-beom.

Adapun isu kedua adalah membahas bagaimana langkah-langkah untuk menciptakan stabilitas politik di Semenanjung Korea. Selain itu, poin ini juga membahas tentang bagaimana militer kedua negara berperan satu sama lain dalam mewujudkan perdamaian.

Sedangkan isu ketiga adalah peningkatan hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara dalam berbagai bidang, yang mampu memberi manfaat satu sama lain.

"Kami pikir masih cukup waktu untuk membahas detai-detail lainnya, yang mungkin dapat dibahas guna memperat hubungan kedua negara," jelas Chang-beom.