Liputan6.com, Dodoma - Ketika berpasangan untuk kegiatan reproduksi, monyet biasanya memilih lawan jenis dari spesies yang sama.
Penelitian genetika baru menunjukkan bahwa primata di Tanzania begitu lincah, dan tidak ragu berhubungan seksual dengan lawan jenis di luar spesiesnya.
Dikutip dari Independent.co.uk pada Rabu (25/4/2018), penelitian tersebut dilakukan pada monyet ekor merah dan biru yang tinggal di Taman Nasional Gombe, Tanzania.
Advertisement
Meski tinggal dalam satu wilayah, kedua kelompok monyet tersebut berasal dari spesies berbeda, baik secara fisik maupun struktur sosialnya.
Ini adalah pertama kalinya kawin silang tersebut telah terbukti di antara monyet guenon.
Baca Juga
Menurut hasil studi yang diterbitkan di International Journal of Primatology itu, hubungan unik tersebut membuahkan populasi hibrida yang unik.
"Ada banyak pergaulan bebas yang terjadi," kata Kate Detwiler, penulis studi yang juga merupakan profesor antropologi di Florida Atlantic University.
"Monyet ekor merah berhubungan intim dengan ekor biru, dan ekor biru melakukan hal serupa ke ekor merah, yang kemudian keturunan hibridanya bisa berpasangan dengan monyet lain di luar spesies keduanya," lanjut Detwiler menjelaskan.
Ia memperkirakan hubungan aneh itu telah berlangsung selama bertahun-tahun, yang kemungkinan alasannya adalah, monyet betina berekor merah mendapati pejantan ekor biru lebih eksotis daripada spesies mereka sendiri.
Fenomena tersebut, menurut Detwiler, diawali oleh betina ekor merah yang datang ke wilayah tersebut untuk mencari pasangan.
Adapun pejantan ekor biru datang setelahnya, yang kemungkinan, setelah ditendang keluar dari kelompok mereka ketika mencapai usia seksual matang.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Pejantan Ekor Biru Dianggap Lebih Eksotis
Dijelaskan lebih lanjut, penelitian ini melibatkan analisis DNA dari kotoran kedua primata beda spesies.
"Monyet ekor merah betina hadir sebagai mitra yang bersedia, dan tanpa paksaan, bersedia untuk bersetubuh dengan monyet jantan berekor biru," urai Detwiler.
"Rupanya, beberapa monyet berekor merah betina tertarik pada para pejantan dengan wajah berbeda, dan terbuka untuk menyambut sinyal ajakan seksual," lanjutnya menjelaskan.
Profesor Detwiler percaya bahwa mempelajari bagaimana kedua spesies ini hidup berdampingan, dapat membantu memahami hibridisasi secara umum.
Menurutnya, masyarakat menyediakan "laboratorium luar biasa di alam untuk membantu kami menjawab banyak pertanyaan, tentang bagaimana batas-batas spesies dipertahankan."
Dia menambahkan, "Penelitian ini sangatlah tepat waktu karena hibridisasi sering terjadi sebagai respons terhadap perubahan lingkungan."
Advertisement