Sukses

Pasca-Aksi Protes Besar, Muncul Seruan Boikot Pemilu Ulang di Armenia

Kemungkinan dialog lanjutan antara pemerintah dan pihak oposisi akan kembali alot.

Liputan6.com, Yerevan - Pada awal pekan ini, Perdana Menteri Armenia, Karen Karapetyan, menyarankan untuk mengadakan pemilu parlemen, setelah dua minggu protes yang melanda negara tersebut.

Di sisi lain, pemimpin aksi protes, Nikol Pashinyan, mengatakan bahwa oposisi negara itu -- dan didukung oleh sebagian besar rakyat -- akan memboikot kemungkinan pemilu parlemen.

Namun, Pashinyan membuat pengecualian, tidak akan memboikot pemilu jika desakan rakyat untuk menjadikannya Perdana Menteri, disahkan secara konstitusi. Demikian, sebagaimana dikutip dari Sputnik News pada Jumat (27/4/2018).

Di hari yang sama, PM Karapetyan menolak ajakan berbicara tatap muka dengan Pashinyan, karena dianggap tidak memiliki prospek positif untuk kestabilan politik Armenia.

"Perdana Menteri percaya jika salah satu pihak mendikte agenda (politik), dan pihak lainnya  tidak bisa mengajukan agenda, tidak dapat dianggap sebagai pembicaraan," tulis juru bicara Kantor Perdana Menteri Armenia, Aram Araratya, di Facebook.

Pernyataan itu muncul setelah PM Karapetyan menyarankan untuk mengadakan pemilihan parlemen, menyusul pengunduran diri pendahulunya, Serzh Sargsyan, yang gagal bernegosiasi dengan pihak oposisi.

Aksi protes menentang pengangkatan mantan Presiden Serzh Sargsyan dimulai pada 13 April, di kantor perdana menteri Armenia.

Sargsyan, yang menjabat posisi presiden selama dua periode -- sebelum dicalonkan sebagai perdana menteri Armenia, dituduh berusaha melampaui batasan presidensil sejak amandemen konstitusi tahun 2015, yang mengalihkan kekuasaan pemerintahan dari presiden kepada kepala pemerintahan.

Pada hari Senin, 23 April 2018, Sargsyan mengundurkan diri, dan diteruskan kepemimpinannya oleh Karen Karapetyan sebagai perdana menteri, yang mewarisi tantangan negosiasi dengan pihak oposisi.

 

Simak video pilihan berikut:

 

 

2 dari 2 halaman

Dituding Meniru Vladimir Putin

Sementara itu, warga dan oposisi Armenia juga menilai Sargsyan memiliki kemiripan manuver politik dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin -- yang berhasil mencengkeram kekuasaan sebagai kepala negara selama bertahun-tahun.

Merespons desakan berbagai pihak, Sargsyan mengatakan, "Gerakan warga itu dilakukan untuk menentang kekuasaan saya. Maka, saya menjawab tuntutan mereka," ujarnya seperti dilansir BBC pada Selasa, 24 April 2018.

“Nikol Pashniyan (pemimpin kelompok oposisi Armenia) benar, saya salah," ujar Sargsyan mengakui berbagai tudingan yang dilontarkan oleh oposisi terhadap dirinya.

"Ada sejumlah solusi sebenarnya (untuk menyelesaikan berbagai tudingan itu), tapi saya tidak akan mengambilnya ... Saya (lebih memilih) meninggalkan jabatan Perdana Menteri," ungkapnya.

Di sisi lain, Juru Bicara Kantor Perdana Menteri, Hovhannes Nikoghosyan mengatakan bahwa langkah Sargsyan adalah 'contoh kepatuhan demokrasi' dan 'bentuk tanggung jawab memenuhi desakan warga'.