Liputan6.com, Guam - Ketika dunia menyaksikan hasil dari pembicaraan KTT Korea Utara - Korea Selatan kemarin, kawasan Pasifik berharap agar pertemuan itu memicu penghentian ancaman serangan nuklir.
Guam, hanya 3.400 kilometer dari Pyongyang, terdorong ke sorotan geopolitik pada Agustus 2017 ketika Kim Jong-un mengatakan bahwa dirinya berencana untuk menyerang teritori Amerika Serikat itu.
Angkatan bersenjata AS membentuk sekitar 30 persen dari total populasi di Guam, atau sekitar 7.000 tentara AS di sana.
Advertisement
"Saya sering membandingkan itu (Korea Utara) seperti raksasa setinggi 10 kaki yang tinggal di rumah Anda," kata Presiden University of Guam, Robert Underwood.
Baca Juga
"Bahkan jika raksasa itu bermaksud baik, itu hanya akan mengganggu dan menghancurkan sesuatu, dan mengganggu hidupmu, hanya dengan skala kehadiran mereka, dan itulah yang telah kami jalani selama bertahun-tahun.".
Korea Utara telah mengancam akan menyerang wilayah AS itu di masa lalu, dan wilayah tersebut ditengarai berada dalam jangkauan senjata mereka.
Underwood yang mantan anggota Kongres mengatakan, akibat ancaman serangan pada Agustus, kemudian yang kedua pada Oktober, terjadi penurunan angka pariwisata di Guam.
Oleh karena itu, Underwoon berharap, dinamika KTT Korea Utara - Korea Selatan mampu memberikan hasil positif.
"Kami tentu berharap (pembicaraan) berjalan dengan baik, tentu saja sifat tidak menentu dari posisi negosiasi Presiden Trump ... sesungguhnya bukanlah sumber ketenangan," kata Underwood.
"Tahun lalu ketika dia mengancam dan kemarahan terhadap warga Korea Utara, kami merasa disandera, dan perunding sandera kami mengatakan 'maju dan tembak'," ujar pria dari Guam itu.
Â
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Berdoa yang Terbaik
Hanya dua jam penerbangan ke selatan Guam adalah Palau, sebuah kepulauan dari sekitar 500 pulau dengan populasi lebih dari 21.000 orang.
Negara ini independen tetapi memiliki asosiasi bebas yang kompak dengan AS, yang berarti militer Amerika dapat menggunakan pulau-pulau tersebut untuk tujuan pertahanan, sebagai imbalan untuk datang membantu selama konflik.
Ketika Korea Utara meningkatkan ancamannya akhir tahun lalu, pemerintah mengumumkan rencana untuk membangun sistem radar - tujuan yang disebutkan adalah untuk melacak aktivitas di Suaka Laut Nasional, tetapi diyakini mereka juga akan punya fungsi pertahanan.
"Karena asosiasi bebas kami yang kompak, jika Guam jatuh, kami adalah yang berikutnya dalam barisan pertahanan AS," kata mantan wakil presiden dan menteri negara Sandra Pierantozzi.
"Kami adalah negara kecil, tetapi kami juga ingin hidup dalam damai dan tidak harus berada di tengah baku tembak antara negara-negara besar.
"Jadi kami berharap dan berdoa agar beberapa hasil yang baik akan mengikuti."
Hawaii 'Jenewa-nya Pasifik'
KTT Korea Utara - Korea Selatan menetapkan tahapan untuk kemungkinan pertemuan antara Kim dan Trump, yang bisa terjadi paling cepat pada bulan depan.
Tidak ada waktu atau tanggal yang ditetapkan, tetapi anggota Kongres Hawaii dari Partai Republik, Gene Ward, telah menulis surat kepada Trump untuk mengatakan agar pertemuan Trump - Kim harus diadakan di Hawaii.
"Pentingnya pembicaraan ini tidak dapat diremehkan. Pentingnya Hawaii menjadi tempat untuk melakukan pembicaraan juga tidak dapat diremehkan," kata Ward.
"Mari kita buat Hawaii, Jenewa-nya Pasifik," katanya.
Hawaii, seperti Guam, tidak asing dengan ketakutan akan serangan rudal, dan penduduk menghabiskan hampir 40 menit dalam kekacauan ketika peringatan rudal secara tidak sengaja terkirim pada bulan Januari 2018-- khawatir jika rudal Korut benar-benar menerkam.
Ward memuji sikap keras Trump pada Korea Utara untuk memindahkan proses perdamaian bersama, mengatakan ada kemajuan dan "peluang nyata" yang bisa dibuat.
Advertisement