Liputan6.com, Jakarta Sebuah kuburan massal ditemukan di Peru. Di sana lah, pada suatu masa 550 tahun lalu, sebuah ritual pengorbanan manusia besar-besaran dilakukan, mungkin bahkan yang terbesar di dunia. Lebih dari 140 bocah dikorbankan sekaligus.
Jasad-jasad mereka ditemukan para arkeolog di dekat wilayah yang kini dikenal sebagai kota Trujillo, terletak di dekat pusat peradaban kuno Chimú. Sebanyak 200 hewan llama muda juga ikut dikorbankan bersama para bocah.
Hasil temuan tersebut, yang didukung oleh dana hibah dari National Geographic Society, secara eksklusif diungkap dalam situs National Geographic.
Advertisement
Salah satu pemimpin studi, John Verano mengaku, ia tak pernah mengira bakal mendapatkan temuan seperti itu. "Yang lain juga pastinya merasakan hal sama,"kata dia seperti dikutip dari BBC, Sabtu (28/1/2018).
Pada 2011 lalu, di situs yang dikenal sebagai Huanchaquito-Las Llamas itu ditemukan jasad 40 korban manusia dan 74 bangkai llama -- di tengah ekskavasi sebuah kuil kuno berusia 3.500 tahun di Peru.
Kali ini, para arkeolog menemukan, 140 bocah yang dijadikan tumbal berusia antara 8 hingga 12 tahun.
Ada ciri-ciri khas yang menunjukkan bahwa mereka dijadikan persembahan dalam ritual pengorbanan manusia. Yakni, keberadaan irisan pada tulang, termasuk pada sternum, tulang di tengah dada.
Sejumlah tulang rusuk mereka juga dalam kondisi rusak, yang menunjukkan bagian jantung telah diambil.
Selain itu, sebagian tubuh anak-anak itu diurapi dengan zat pewarna berwarna merah cerah yang dibuat dari cinnabar atau batuan sumber utama penghasil logam merkuri -- yang diduga menjadi bagian dari ritual.
Para llama, yang mengalami nasib yang sama, semuanya berusia di bawah 18 bulan. Hewan-hewan itu dikubur dengan wajah menghadap ke timur, ke Pegunungan Andes. Beda dengan para bocah yang dimakamkan menghadap ke laut.
"Saat orang mendengar tentang peneman itu, hal pertama yang selalu mereka tanyakan adalah, mengapa," kata Gabriel Prieto, pemimpin studi lainnya.
Hasil ekskavasi para ilmuwan di Peru memberikan petunjuk, jawaban atas pertanyaan tersebut.
Â
Saksikan video menarik berikut ini:Â
Tumbal untuk Hentikan Bencana
Lapisan lumpur, di mana para korban terkubur, bisa jadi disebabkan oleh hujan deras dan banjir di daerah yang biasanya kering. Pemicunya diduga adalah peristiwa cuaca ekstrem seperti El Nino.
Seperti dilaporkan National Geographic, kondisi tersebut diperkirakan mengganggu sektor perikanan laut di wilayah itu. Sementara, banjir di pesisir bisa membuat saluran irigasi di Chimú meluber.
Anak-anak itu diduga dikorbankan untuk merayu para dewa, agar menghentikan bencana.
Ahli bioarkeologi, Haagen Klaus menduga, pengorbanan manusia dewasa yang diperkirakan dilakukan sebelumnya dirasa tak efektif bagi masyarakat kala itu.
"Orang-orang mengorbankan apa yang paling berharga bagi mereka," kata dia. "Mereka mungkin menilai, pengorbanan orang dewasa tidak efektif. Hujan terus datang. Maka, korban baru tipe berbeda harus dipersembahkan."
Itu mengapa, anak-anak yang dipilih. Karena mereka dianggap mewakili masa depan. Sementara, "llama juga dianggap berharga sebagai hewan pengangkut. Makhluk itu dianggap bagian fundamental dari perekonomian."
Penanggalan karbon dari tekstil yang ditemukan di situs kuburan massal tersebut menunjukkan, insiden mengerikan itu terjadi sekitar 1400-1450 Masehi.
Chimú, yang menyembah dewa bulan, ditaklukkan oleh peradaban Inca hanya beberapa dekade kemudian.
Sekitar 50 tahun setelah itu, penjelajah Spanyol tiba di Amerika Selatan dan menaklukkan peradaban Inca.
Secara terpisah, Jeffrey Quilter, Direktur Peabody Museum of Archaeology & Ethnology di Harvard University, menggambarkan temuan itu sebagai hal yang biasa.
Dalam sebuah email, Quilter mengatakan kepada AP bahwa situs tersebut memberikan "bukti nyata" bahwa pengorbanan anak-anak dalam skala besar di Peru pada masa lalu.
"Laporan pengorbanan manusia dalam jumlah yang sangat besar dilaporkan dari bagian lain dunia, tetapi sulit untuk mengetahui apakah jumlahnya dibesar-besarkan atau tidak," tulis Quilter.
Beberapa kebudayaan kuno di Amerika mempraktikkan pengorbanan manusia termasuk bangsa Maya, suku Aztec dan Inca, yang menaklukkan peradaban Chimú pada akhir Abad ke-15. Tetapi pengorbanan massal anak-anak adalah sesuatu yang jarang didokumentasikan.
Sementara itu, situs arkeologi Las Llamas terletak di sebuah area kumuh. Sekeliling area dipagari untuk menghentikan pengembang ilegal membangun rumah-rumah di atasnya.
Pemimpin studi, Gabriel Prieto mengatakan, situs ekskavasi yang berada di permukiman kelas pekerja itu menguak fakta mengerikan.Â
"Yang mungkin adalah salah satu momen paling gelap dalam sejarah kami," kata Prieto. Sebaliknya, "Itu juga bagian dari warisan budaya kita."Â
Advertisement