Sukses

Kim Jong-un Janji Tutup Situs Uji Coba Nuklir pada Mei 2018

Menurut Kim Jong-un, Korea Utara tidak punya alasan untuk memiliki senjata nuklir jika AS berjanji untuk tidak menyerang satu sama lain.

Liputan6.com, Seoul - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah berjanji akan menutup situs utama uji coba senjata nuklir pada Mei 2018. Ia bahkan mengundang awak media untuk menyaksikan langsung penutupan tersebut.

Kepada Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Kim Jong-un juga mengatakan bahwa dua terowongan di lokasi uji coba nuklir masih dalam kondisi baik. Pernyataannya tersebut membantah spekulasi yang menyebutkan bahwa situs itu rusak parah akibat uji coba lima kali berturut-turut.

Janji Kim Jong-un tersebut diucapkan dalam KTT Korea Utara-Korea Selatan pada Jumat 27 April 2018 dan dikuak pada hari Minggu oleh seorang pejabat di pemerintahan Moon Jae-in.

Menurut Kim Jong-un, Korea Utara tidak punya alasan untuk memiliki senjata nuklir jika Amerika Serikat dan Pyongyang berjanji untuk tidak menyerang satu sama lain. Demikian seperti dilansir Bloomberg, Minggu (29/4/2018).

Sementara itu, pada Sabtu malam, Donald Trump mengumumkan bahwa pertemuan bersejarahnya dengan Kim Jong-un akan berlangsung dalam tiga hingga empat minggu ke depan.

Sebelumnya, Donald Trump mengatakan bahwa detail terkait pertemuan tersebut sedang disusun dan ia telah bicara dengan Moon Jae-in dan PM Jepang Shinzo Abe terkait hal itu.

Pejabat Korea Selatan yang membocorkan detail KTT Korea Utara-Korea Selatan itu lebih lanjut menjelaskan bahwa Kim Jong-un mengatakan Amerika Serikat akan menyadari bahwa dirinya bukan tipe orang yang akan menargetkan nuklir ke Selatan, Pasifik atau Amerika Serikat.

Kim Jong-un juga menegaskan ia tidak memiliki alasan untuk "hidup dalam kesulitan" karena persenjataan nuklirnya, jika ia dapat membangun kepercayaan dengan Amerika Serikat.

Donald Trump menyatakan bahwa lokasi pertemuannya dengan Kim Jong-un telah mengerucut menjadi dua atau tiga tempat. Namun, ia tidak merilis rinciannya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Menjaga Momentum

Kantor kepresidenan Korea Selatan, Blue House, mengatakan bahwa Moon Jae-in dan Donald Trump yang berbincang via telepon sepakat bahwa KTT Amerika Serikat-Korea Utara harus berlangsung sesegera mungkin demi menjaga "momentum keberhasilan" dari KTT Korea Utara-Korea Selatan.

"Saya rasa kami akan menghasilkan sebuah solusi. Jika tidak, kami akan meninggalkan ruangan," ujar Donald Trump terkait pertemuannya dengan Kim Jong-un.

Donald Trump sendiri memuji KTT Korea Utara-Korea Selatan yang menghasilkan sejumlah kesepakatan, di antaranya kedua pihak sepakat untuk menyudahi perang.

"Perang Korea akan berakhir! Amerika Serikat dan seluruh orang, seharusnya sangat bangga dengan apa yang terjadi saat ini di Korea!," demikian twit Donald Trump merespons pertemuan Kim Jong-un dan Moon Jae-in.

Korea Selatan telah lama menolak berpartisipasi dalam pembicaraan untuk mengakhiri Perang Korea, hingga kesepakatan hanya melahirkan gencatan senjata antara Korea Utara dan China di satu sisi, dan pasukan PBB yang dipimpin Amerika Serikat di lain sisi.

Meski China sendiri sudah lama menarik pasukannya, lebih dari 28.000 personel Amerika Serikat tetap berpangkalan di Korea Selatan. Hal inilah yang kemudian dicap oleh rezim Kim Jong-un sebagai ancaman abadi.

Pertemuan antara dua pemimpin Korea mempertontonkan adegan demi adegan bersejarah. Dimulai jabat tangan keduanya, Kim Jong-un melangkahkan kaki ke Korea Selatan dan sebaliknya, keduanya bergandengan tangan, menanam pohon, hingga berbicara empat mata. Yang pasti, senyum tak henti mengembang sepanjang hajatan besar berlangsung.

KTT Korea Utara-Korea Selatan menghasilkan sejumlah kesepakatan yang tertuang dalam dokumen bertajuk "Panmunjom Declaration for Peace, Prosperity and Unification on the Korean Peninsula". Tiga capaian penting yang tercantum di dalamnya adalah kedua negara sepakat untuk secara resmi menyudahi Perang Korea 1953, menerapkan denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea, dan akan bekerja sama menuju unifikasi.

Pembicaraan penting keduanya diakhiri dengan konferensi pers bersama, di mana Kim Jong-un langsung berbicara di hadapan awak media. Ini sesuatu yang tidak pernah dilakukan pemimpin Korea Utara sebelumnya.

Namun, publik dinilai masih harus menunggu apakah Korea Utara benar-benar akan melakukan denuklirisasi.

Dalam sebuah wawancara, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang baru Mike Pompeo, yang sempat bertemu dengan Kim Jong-un selama libur Paskah, mengatakan bahwa pembicaraan mereka adalah "percakapan yang baik" tentang "masalah serius" dan Kim Jong-un "sangat siap".

"Kim siap untuk ... menyusun peta yang akan membantu kami mencapai" denuklirisasi," kata Pompeo.

"Ketika saya pergi, Kim Jong-un memahami persis misi seperti apa yang saya gambarkan hari ini. Tujuan kami adalah denuklirisasi penuh, dapat diverifikasi, dan tidak dapat dibalikkan."