Sukses

Presiden Filipina: Saya Mengidolakan Kim Jong-un

KTT Korea Utara-Korea Selatan yang berlangsung pada Jumat lalu berhasil mengubah pandangan Duterte tentang sosok Kim Jong-un.

Liputan6.com, Manila - KTT Korea Utara-Korea Selatan berhasil mengubah persepsi sebagian orang tentang sosok Kim Jong-un. Presiden Filipina Rodrigo Duterte salah satunya.

Duterte yang pernah memanggil Kim Jong-un sebagai "orang gila" dengan "mainan berbahaya" kini menyatakan bahwa sosok pemimpin Korea Utara itu adalah "idola" dan "pahlawan bagi semua orang". Duterte menyampaikan bahwa dia akan mengucapkan selamat jika punya kesempatan untuk bertemu langsung dengan Kim Jong-un.

"Dia telah menjadi idola saya. Kim Jong-un, selama ini dia digambarkan sebagai anak nakal, tapi dengan sekali tindakan yang luar biasa, dia adalah pahlawan bagi semua orang. Dia terlihat ramah, orang baik yang riang, dan sangat suka menolong," kata Duterte seperti dikutip dari Philstar, Senin (30/4/2018).

"Saya harap dia terus seperti itu karena tidak ada yang seperti dia. Yang terjadi di sana hanya soal pembagian sejarah ... Jadi, bagi saya, orang yang layak dihormati adalah Kim Jong-un. Dan suatu hari, jika saya bisa bertemu dengannya, saya ingin mengucapkan selamat".

"Saya akan sampaikan bahwa 'saya mengagumi Anda. Anda tahu waktu yang tepat'. Kepahlawanan itu terkadang luput dari kesempatan, tapi ada juga yang datang pada waktu yang tepat," imbuhnya.

Lebih lanjut, orang nomor satu di Filipina itu mengatakan bahwa kesediaan Kim Jong-un dan mitranya, Presiden Korea Selatan, untuk bekerja sama telah meredakan ketegangan di Semenanjung Korea.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Perang Datangkan Malapetaka

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Duterte menegaskan bahwa perang yang melibatkan China, Rusia, dan negara-negara Barat akan membawa malapetaka di planet ini.

"Mungkin Anda bisa mengucapkan selamat tinggal pada planet Bumi," kata Duterte.

Dalam KTT Korea Utara-Korea Selatan yang bersejarah pada Jumat lalu, Kim Jong-un dan Moon Jae-in setuju untuk mengakhiri perang yang dimulai pada 1950-an. Selain itu, keduanya sepakat bekerja sama untuk menuju denuklirisasi dan unifikasi.

"Korea Utara dan Korea Selatan menegaskan tujuan bersama untuk mewujudkan denuklirisasi penuh, sebuah Semenanjung Korea yang bebas nuklir," demikian pernyataan bersama Kim Jong-un dan Moon Jae-in.

Berbulan-bulan sebelum pertemuan, Korea Utara menggelar serangkaian uji coba rudal balistik, sebuah langkah yang menurut tetangganya akan memengaruhi perdamaian dan stabilitas di kawasan itu.

Pyongyang terus meningkatkan program nuklirnya meskipun dijatuhi sanksi ekonomi oleh PBB, Amerika Serikat, dan China.

Selama puncak ketegangan Semenanjung Korea, Duterte memperingatkan bahwa kegagalan untuk menyelesaikan konflik di Semenanjung Korea akan mengubah kawasan itu menjadi "tanah gersang".