Liputan6.com, Beijing - Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, akan melakukan kunjungan kerja ke Korea Utara pekan ini.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lu Kang, mengatakan bahwa Menlu Wang Yi akan berkunjung ke Pyongyang pada Rabu dan Kamis, 2-3 Mei 2018. Demikian seperti dilansir dari The Washington Post (30/4/2018).
Advertisement
Baca Juga
Kunjungan kerja itu dinilai sebagai salah satu upaya Beijing untuk menindaklanjuti KTT Korea Utara-Korea Selatan yang dilaksanakan pada 27 April 2018 dan jelang rencana pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Lawatan kerja itu juga dianggap sebagai upaya Beijing untuk memperbaiki hubungan bilateral dengan Pyongyang yang merenggang selama beberapa waktu terakhir.
China adalah satu-satunya mitra ekonomi utama Korea Utara, tetapi, perdagangan antar keduanya mengalami penurunan sekitar 90 persen, menyusul penerapan sanksi ekonomi sebagai respons atas tes bom nuklir dan rudal balistik Korut.
Kim Jong-un sendiri pada bulan lalu telah berkunjung ke Beijing. Ini merupakan lawatan perdananya sejak ia mengambil alih kekuasaan di Korea Utara, enam tahun lalu.
Â
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
China Rangkul Kembali Korea Utara
Langkah Menlu China menyambangi Pyongyang beberapa hari usai KTT Korea Utara-Korea Selatan, menurut analis, merupakan salah satu cara yang dilakukan Beijing untuk kembali merangkul Korut dan agar tidak tertinggal dalam perkembangan serta dinamika geopolitik teranyar di Semenanjung Korea.
Zhang Liangui, analis dari Central Party School -- sekolah untuk pejabat Partai Komunis China -- mengatakan bahwa sikap yang selama ini ditunjukkan Beijing terhadap Korea Utara sempat membuat keduanya berjarak.
Kerenggangan itu dipicu oleh langkah China yang membatasi perdagangan dengan Korea Utara -- akibat sanksi ekonomi komunitas internasional. Pembatasan perdagangan tersebut diduga telah mendorong inisiatif diplomatik Korea Utara untuk melaksanakan KTT dengan Korea Selatan.
Jika China tak segera kembali menormalisasi hubungannya dengan Korut, hal itu justru diprediksi mampu berdampak pada tereksklusinya Tiongkok dari proses perdamaian di Semenanjung Korea, kata Zhang seperti dikutip dari The South China Morning Post, 30 April 2018.
Di sisi lain, China telah lama menyerukan dialog antar pihak yang terlibat dalam tensi tinggi di Semenanjung Korea dan menyambut baik KTT akhir pekan lalu, yang dianggap sebagai sarana untuk mengurangi ketegangan di kawasan.
Advertisement
Perang Korea Berakhir
Pada hari Jumat 27 April 2018, peristiwa bersejarah terukir di Semenanjung Korea melalui pertemuan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Di hari itu, Kim Jong-un tercatat sebagai anggota pertama di keluarganya yang menyeberangi Zona Demiliterisasi (DMZ) sejak gencatan Perang Korea tahun 1953.
KTT Korea Utara-Korea Selatan menghasilkan sejumlah kesepakatan yang tertuang dalam dokumen bertajuk "Panmunjom Declaration for Peace, Prosperity and Unification on the Korean Peninsula".
Tiga capaian penting yang tercantum di dalamnya adalah kedua negara sepakat untuk secara resmi menyudahi Perang Korea 1953, menerapkan denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea, dan akan bekerja sama menuju unifikasi.
Usai KTT Korea Utara-Korea Selatan, pada Sabtu 28 April kemarin, Donald Trump mentwit, "Baru saja bicara secara panjang lebar dan sangat baik dengan Presiden Moon dari Korea Selatan. Semuanya berjalan sangat baik, waktu dan lokasi pertemuan dengan Korea utara tengah diatur. Saya juga bicara dengan PM Abe dari Jepang untuk memberitahukannya tentang negosiasi yang tengah berlangsung".