Sukses

AS Dukung Arab Saudi dan Israel dalam Upaya Melawan Iran

Dukungan terhadap Arab Saudi dan Israel tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri baru AS, Mike Pompeo.

Liputan6.com, Tel Aviv - Mike Pompeo melakukan lawatan perdananya ke Timur Tengah setelah dilantik menjadi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat pada Kamis, 26 April 2018. Dalam kesempatan tersebut, Pompeo mempertajam retorika terhadap Iran dan memberikan dukungan hangat pada Israel dan Arab Saudi terkait perselisihan mereka dengan Teheran.

Pompeo menyerukan aksi internasional bersama untuk menghukum Iran atas program rudal dan tindakan lainnya yang disebutnya telah mendestabilisasi kawasan. Pernyataanya tersebut disambut baik Israel, yang menganggap Iran sebagai ancaman terbesar.

Israel selama ini telah menyerukan Barat untuk merevisi atau menolak kesepakatan nuklir Iran yang diteken pada 2015. Nasib kesepakatan nuklir Iran akan diketahui pada 12 Mei mendatang, mengingat hari itu merupakan batas waktu yang diberikan Donald Trump bagi negara-negara Eropa untuk memperbaiki perjanjian nuklir yang dianggapnya cacat.

"Kami masih sangat prihatin soal eskalasi bahaya Iran yang mengancam Israel dan kawasan serta ambisi Iran untuk mendominasi Timur Tengah. Amerika Serikat bersama Israel dalam pertarungan ini," ujar Pompeo setelah hampir dua jam terlibat pembicaraan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, seperti dikutip dari ABC News, Senin (30/4/2018).

Retorika permusuhan Iran yang dilontarkan Israel selama ini adalah Negeri Para Mullah mendukung kelompok anti-Israel dan tengah mengembangkan rudal jarak jauh.

Menurut Israel, kesepakatan nuklir saja tidak cukup untuk mencegah Iran mengembangkan kemampuan senjata nuklir. Tel Aviv menyatakan keprihatinan tentang keterlibatan Iran dalam perang sipil di Suriah.

Israel menegaskan, tidak akan membiarkan Iran membangun kehadiran militer permanen di Suriah. Tel Aviv khawatir, pangkalan tersebut akan digunakan oleh Iran untuk menyerang mereka.

"Iran harus dihentikan, upayanya untuk mewujudkan sebuah bom nuklir harus dihentikan, agresinya harus dihentikan, dan kami berkomitmen untuk menghentikannya bersama-sama," kata PM Netanyahu.

Sejauh ini, Inggris, Prancis, dan Jerman telah mendesak Amerika Serikat untuk tetap berada dalam kesepakatan nuklir Iran.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

AS Sangat Bangga Pindahkan Kedubes ke Yerusalem

Dalam pertemuannya dengan Pompeo, PM Netanyahu kembali menyanjung keputusan Amerika Serikat untuk memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem pada 14 Mei mendatang. Sementara, Pompeo menimpalinya dengan mengatakan bahwa pihaknya "sangat bangga" akan hal tersebut.

Pemindahan kedutaan besar tersebut secara tidak langsung merupakan bentuk pengakuan Amerika Serikat terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Sementara, Palestina juga mengakui Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depannya.

Berdasarkan kebijakan Amerika Serikat tersebut, Palestina memutuskan hubungan dengan Gedung Putih dan tidak lagi menempatkan Negeri Paman Sam sebagai juru damai konflik.

Menghadapi Iran, stabilisasi Irak dan Suriah, mengalahkan ISIS, dan mengakhiri perang sipil yang menghancurkan Yaman diduga menjadi agenda prioritas Washington yang tidak dapat dikejar tanpa persatuan di dunia Arab. Isu-isu tersebut pula yang dibawa Pompeo dalam lawatan perdananya.

Di Riyadh, Pompeo mendesak Arab Saudi dan sekutunya, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Mesir untuk menyudahi krisis Teluk. Menurut para pejabat Amerika Serikat, konflik Qatar versus Arab Saudi Cs telah dimanfaatkan oleh Iran demi meningkatkan pengaruhnya di kawasan, termasuk di Yaman dan Suriah.

"Saya rasa mereka semua akan setuju bahwa itu adalah kepentingan terbaik bahwa negara-negara Teluk harus mencari cara untuk terus bersama. Kita punya tantangan yang sama di Iran, saya rasa semua mengakuinya. Kita berharap mereka akan menemukan cara menyelesaikan pertikaiannya," tutur Pompeo yang merupakan mantan Direktur CIA.

Lawatan perdana Pompeo berawal dari Arab Saudi, setelahnya ia bertolak ke Israel, dan akan menutup kunjungannya di Yordania.