Sukses

Minta Suaka, Ratusan Imigran dari Amerika Tengah Mendekat ke Perbatasan AS

Ratusan imigran dari negara Amerika Tengah tiba di perbatasan Amerika Serikat pada Minggu, 29 April 2018 waktu setempat.

Liputan6.com, San Diego - Menggunakan lima bus sekolah tua, ratusan imigran dari negara Amerika Tengah tiba di perbatasan Amerika Serikat pada Minggu, 29 April 2018 waktu setempat.

Mereka berunjuk rasa di pos perbatasan AS - Meksiko di San Ysidro, San Diego, California untuk mengajukan suaka, menantang langsung kebijakan pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia (31/4/2018).

Kedatangan ratusan imigran di pos perbatasan itu -- yang tersibuk di AS -- menandai akhir perjalanan mereka dengan berjalan kaki usai naik kereta api barang dan bus yang dilakukan selama satu bulan.

Banyak imigran itu mengatakan mereka khawatir mengenai keselamatan di negara asal mereka.

Para imigran, yang sebagian besar membawa anak-anak mereka, juga meninggalkan kamp penampungan di Tijuana, di mana mereka sebelumnya menginap.

Polisi dengan lampu mobil berkedip-kedip mengawal bus-bus itu ke lokasi unjuk rasa di dekat perbatasan di pantai Samudera Pasifik, di mana para pendukung berkumpul di kedua sisi pagar keamanan itu.

Ditanya bagaimana perasaannya ketika naik bis itu, Nefi Hernandez dari Honduras mengatakan kepada Associated Press, bahwa ia merasa 'gugup'. Ditambahkannya, imigran asal Honduras itu bermaksud mencari suaka bersama istri dan bayi perempuan yang lahir dalam perjalanan melintasi Meksiko.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Presiden AS Sebut Para Imigran Sebagai Ancaman

Presiden Donald Trump dan anggota-anggota kabinetnya telah memantau rombongan para migran ini sejak 25 Maret lalu ketika mereka berada di kota Tapachula, Meksiko, di dekat perbatasan Guatemala -- di mana para pejabat eksekutif AS itu menyebut mereka sebagai ancaman terhadap Amerika.

Jaksa Agung Jeff Sessions menyebut rombongan imigran itu sebagai 'upaya yang disengaja untuk merongrong aturan hukum dan membuat sistem pemerintah Amerika kewalahan,' dan berjanji akan mengirim lebih banyak hakim imigrasi ke perbatasan untuk menyelesaikan kasus-kasus jika diperlukan.

Para pejabat pemerintahan Trump telah mengecam apa yang mereka sebut sebagai kebijakan 'catch and release' atau 'tangkap dan lepas' yang memungkinkan pemohon suaka untuk dibebaskan dari tahanan selagi permohonan klaim mereka diproses di pengadilan, yang dapat berlangsung selama satu tahun.

Sementara itu, seorang pengacara yang bekerja untuk para calon pengungsi Amerika Tengah menyatakan dia tidak percaya dengan pernyataan pihak berwenang AS yang mengatakan tidak dapat memproses lebih banyak pencari suaka di perbatasan San Diego hingga kasus-kasus yang masih ada terselesaikan.

Pengacara Nicole Ramos mengatakan dalam konferensi pers, US Customs and Border Security mengetahui para migran itu akan tiba di perbatasan AS-Meksiko sejak Minggu 29 April, tapi, badan itu tidak menyiapkan petugas dan sumber daya yang memadai.

Meskipun begitu, sekitar 200 orang imigran untuk tetap menyerahkan diri kepada para petugas perbatasan dan meminta suaka. Mereka terus berjalan menuju pos penyeberangan San Ysidro, di San Diego.

Pejabat AS mengatakan, pos penyeberangan tersibuk itu hanya dapat menampung sekitar 300 orang untuk diproses. Otoritas AS juga mengatakan bahwa pos perbatasan di San Diego itu telah mencapai kapasitas penuh bahkan sebelum calon imigran Amerika Tengah itu mulai menyerahkan diri untuk minta suaka.

Sebuah pernyataan dari US Customs and Border Security, Minggu, mengatakan bahwa pos penyeberangan itu hanya bisa menerima tambahan orang, hanya jika ruang dan sumber daya tersedia.