Liputan6.com, New Delhi - Mahkamah Agung India telah mendesak pemerintah untuk segera mencari bantuan ahli, guna mengatasi fenomena perubahan warna yang mengkhawatirkan di Taj Mahal.
"Bahkan jika memiliki keahlian, Anda tidak menggunakannya. Atau mungkin Anda tidak peduli," kata hakim pengadilan pada pihak pemerintah, sebagaimana dikutip dari BBC pada Rabu (2/5/2018).
Disebutkan bahwa dinding marmer putih pada bangunan makam agung yang dibangun pada abad ke-17 itu, perlahan berubah warna menjadi kuning. Bahkan kini, sebagian di antaranya telah berubah warna menjadi cokelat dan agak kehijauan.
Advertisement
Polusi, dampak konstruksi, dan kotoran serangga dituding menjadi beberapa penyebab utama perubahan warna mencolok pada Taj Mahal.
Baca Juga
Duet hakim tinggi Madan Lokur dan Deepak Gupta telah memeriksa foto-foto dari para penggiat kelestarian lingkungan, dan sepakat menyebut kondisi Taj Mahal saat ini berada di titik kritis.Â
Pemerintah India sebelumnya telah menutup ribuan pabrik di sekitar kompleks wisata Taj Mahal, sebagai tanggapan terhadap laporan kerusakan yang diterima.
Namun, menurut para aktivis lingkungan, kebijakan itu belum cukup ampuh mengikis risiko kerusakan pada salah satu bangunan yang termasuk tujuh keajaiban dunia itu.
Salah satu masalah yang cukup disorot adalah tentang kurang efektifnya penanganan limbah di Sungai Yamuna, yang melintas di dekat Taj Mahal.
Disebut bahwa limbah tersebut membuat serangga memilih membuang kotoran ke dinding Taj Mahal, membuatnya berisiko berubah warna dalam jangka waktu lama.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Dinding Taj Mahal Kotor Sejak Lama
Taj Mahal dibangun oleh Kaisar Mughal Shah Jahan di Kota Agra, dan sekarang menjadi salah satu destinasi wisata terkemuka di dunia, yang mampu menarik 70.000 orang wisatawan setiap harinya.
Sejatinya, isu kotoran yang merusak fasad bangunan Taj Mahal bukanlah masalah baru. Selama dua dekade terakhir, marmer putihnya telah beberapa kali diberi lapisan mirip masker, sebagai upaya untuk membersihkannya.
Tindakan pembersihan terakhir kali dilakukan pada Januari lalu, di mana rombongan pekerja melapisi permukaan marmer dengan Fuller's earth, yakni semacam pasta lumpur yang berfungsi menyerap noda tanah, lemak, dan kotoran hewan.
Anda mungkin bisa membayangkan tindakan ini seperti kegiatan melapisi wajah dengan masker kecantikan, tapi dalam skala yang sangat besar.
Setelah beberapa saat didiamkan, lapisan lumpur tersebut diluruhkan dan dibilas dengan siraman air bersih.
Adapun operasi pembersihan selanjutnya diperkirakan akan kembali dilakukan sebelum akhir 2018.
Advertisement