Sukses

Maroko Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Iran

Maroko menuding Iran mendukung organisasi pergerakan kemerdekaan Sahara Barat.

Liputan6.com, Rabat - Maroko memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran, menyusul dukungan Teheran terhadap Polisario Front, organisasi pergerakan kemerdekaan Sahara Barat. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita.

Maroko telah mengklaim Sahara Barat sejak kekuasaan kolonial Spanyol hengkang pada 1975. Namun, Polisario melancarkan perang gerilya untuk memerdekakan Sahara Barat, atau yang dikenal pula dengan sebutan Sahrawi. Pada 1991, tercapai gencatan senjata yang didukung PBB antara kedua belah pihak.

Menlu Bourita menuding, Iran dan sekutunya, Hizbullah, melatih dan mempersenjatai Polisario melalui Kedutaan Besar Iran di Aljazair.

"Bulan ini Hizbullah mengirimkan rudal SAM9, SAM11 dan Strela ke Polisario secara diam-diam melalui Kedutaan Besar Iran di Aljazair," ujar Bourita kepada awak media, seperti dikutip dari France24, Rabu (2/5/2018).

Sejauh ini belum ada reaksi langsung dari Iran terkait tindakan atau tuduhan Maroko.

Sementara itu, bantahan datang dari Hizbullah. Melalui sebuah pernyataan, kelompok itu menolak tuduhan telah melatih dan mempersenjatai Polisario. Mereka balik menuding bahwa Maroko bertindak di bawah "tekanan Amerika Serikat, Israel, dan Arab Saudi".

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Dubes Maroko Telah Dipulangkan

Aljazair, yang merupakan tetangga Maroko telah menjadi tuan rumah bagi pengungsi yang terdampak konflik dan anggota Polisario. Namun, mereka membantah telah memberikan bantuan militer kepada kelompok tersebut.

Lebih lanjut, Menlu Bourita menerangkan bahwa ia baru saja kembali dari Iran setelah memberitahukan keputusan Maroko untuk memutuskan hubungan. Duta Besar Maroko pun telah kembali ke rumah dan pejabat terkait Iran akan segera diminta angkat kaki.

Wilayah Sahara Barat selama ini terbagi antara daerah yang dikendalikan Maroko dan kawasan yang dikontrol Polisario, di antara keduanya terdapat zona penyangga yang diamanatkan PBB.

Sebelumnya, Maroko juga pernah memutus hubungan diplomatik dengan Iran, tepatnya pada 2009. Rabat menuding Teheran mendukung upaya untuk mengubah rakyat Maroko, yang kebanyakan Sunni menjadi Syiah. Selain itu, Maroko juga berang karena Iran mempertanyakan kedaulatan sekutunya di Teluk, Bahrain.

Hubungan Teheran-Rabat dipulihkan pada 2014. Namun, hubungan tersebut tidak pernah kokoh. Faktanya, Maroko menikmati hubungan yang lebih dekat dengan saingan regional Iran, Arab Saudi.