Liputan6.com, Washington DC - Sebanyak sembilan orang tewas ketika sebuah pesawat kargo milik Garda Nasional Puerto Rico, jatuh menukik ke area jalan raya di negara bagian Georgia, Amerika Serikat (AS), pada Rabu, 2 Mei 2018.
Pesawat kargo berjenis WC-130 itu mengangkut sembilan orang, terbang dari kota Savannah di pesisir Pantai Timur AS, menuju kota Tucson di negara bagian Arizona.
Dikutip dari CNN pada Kamis (3/5/2018), pesawat tersebut diketahui berusia hampir 50 tahun ketika kecelakaan terjadi.
Advertisement
"Sembilan awak tewas dalam kecelakaan itu, tetapi hingga kini keluarga dan kerabat mereka datang, kami tidak dapat memberitahu nama para korban," ujar Brigadir Jendral Isabelo Rivera.
Seorang saksi mengatakan, terdengar suara 'aneh dan keras' dari arah pesawat, sesaat sebelum kecelakaan terjadi. Saksi lain mengatakan, tanah berguncang seolah-olah sebuah bom meledak ketika pesawat tersebut menabrak area jalan raya.
Baca Juga
Rekaman video dari salah satu kamera pengawas di sekitar lokasi, menunjukkan detik-detik menegangkan pesawat yang biasa digunakan untuk pengintaian cuaca itu, oleng dan perlahan jatuh menukik ke daratan.
Pesawat jet dengan empat mesin turboprop di kedua bagian sayapnya, sempat mengalami patah pada bagian ekor sayap, sebelum kemudian berputar-putar jatuh dengan posisi bagian moncong menabrak sekumpulan pohon di tepi jalan raya.
Beberapa detik kemudian terjadi dua ledakan, yang diikuti oleh munculnya bola api dan asap hitam tebal.
Menanggapi kecelakaan tragis tersebut, Gubernur Puerto Rico, Ricardo Rosselló, menyampaikan bela sungkawa di hadapan media.
"Sementara kami menunggu lanjutan informasi mengenai kecelakaan tersebut, saya secara pribadi, mengucapkan bela sungkawa kepada korban, dan keluarga serta kerabat yang ditinggalkan. Kami akan memberikan dukungan kepada mereka," ujar Ricardo Rosselló.
Â
Simak video pilihan berikut:Â Â
Â
Â
Berterima Kasih pada Pilot
Sementara itu, beberapa pengendara, termasuk sekelompok sopir ekspedisi, mengucapkan terima kasih kepada pilot pesawat yang telah berusaha menghindari titik jatuh di area jalan raya yang padat.
Meski turut berduka atas tragedi tersebut, namun beberapa saksi di lokasi kecelakaan merasa bersyukur sekaligus berutang budi pada pilot, yang telah berusaha memastikan tidak ada korban lain berjatuhan di darat.
Menurut Roger Best, salah seorang sopir ekspedisi yang diwawancarai oleh CNN, jika pesawat jatuh tepat di atas padatnya lalu lintas, maka kemungkinan akan memicu efek ledakan bom raksasa hingga radius lima mil (sekitar 8 kilometer).
Di saat bersamaan, juru bicara Kantor Sheriff Effingham County mengatakan, sejauh ini, tidak ada laporan kendaraan yang terkena dampak kecelakaan pesawat WC-130.
Kecelakaan tersebut terjadi tidak jauh dari Bandara Internasional Savannah/Hilton Head, dan hanya selangkah dari jalan raya Highway 21 yang padat.
Dijelaskan oleh otoritas setempat, pesawat WC-130 terbang dari pangkalan udara 156th Airlift Wing di Puerto Rico, dan telah berada di kota Savannah selama beberapa hari terakhir, sebelum melakukan perawatan rutin di the Aerospace Regeneration and Maintenance Group di Arizona.
"Kami tidak tahu apa penyebabnya. Butuh waktu untuk penyelidikan intensif" ujar Maj. Paul Dahlen, salah seorang pejabat di Bandara Internasional Savannah/Hilton Head.
Pesawat WC-130 adalah varian dari C-130, yang diproduksi terus menerus sejak 1954. Pesawat jenis ini dikenal andal dan serbaguna untuk beberapa iterasi, seperti transportasi, pengintaian cuaca, pencarian dan penyelamatan korban bencana, penelitian, pengisian bahan bakar, patroli, dan masih banyak lainnya.
Advertisement