Liputan6.com, Canberra - Tim pencari puing pesawat Malaysia Airlines MH370 tak sengaja menemukan petunjuk keberadaan dua bangkai kapal kuno dari abad ke-19, di tengah pencarian puing-puing burung besi nahas tersebut di Australia.
Petunjuk keberadaan dua bangkai kapal itu berupa sampel yang ditemukan pada 2015, masing-masing di antaranya terpisah sekitar 35 km, sekitar 2.317 km lepas pantai barat daya Australia. Demikian seperti dikutip dari Independent (4/5/2018).
Sebuah pesawat nirawak telah berhasil mengambil sampel tersebut, yang berupa jejak materi batu bara dari salah satu lokasi yang dekat dengan bangkai kapal itu. Sampel diperoleh pada kedalaman 3 km di bawah permukaan laut.
Advertisement
"Sebagian besar material yang tersebar luas di dasar laut terdiri dari sisa-sisa muatan batu-bara yang tumpah keluar dari lambung kapal," jelas Ross Anderson, kurator arkeologi maritim di Australian Museum, menjelaskan penemuan sampel yang menjadi bukti petunjuk kedua kapal tersebut.
"Bukti menunjukkan, kapal tenggelam karena peristiwa bencana seperti ledakan, yang biasa terjadi dalam pengangkutan kargo batu bara," lanjut Anderson.
Baca Juga
Beberapa analis dari Australian Museum, yang telah menyelesaikan kajian atas sampel itu beserta bukti lain baru-baru ini, menduga kuat bahwa bangkai dua kapal itu berasal dari Inggris.
Salah satu kapal diduga berjenis brig (kapal layar dengan dua tiang) bernama W Gordon atau kapal berjenis barque (kapal layar dengan tiga tiang atau lebih) bernama Magdala.
W Gordon yang berawak 10 orang sedang dalam perjalanan dari Skotlandia ke Australia ketika menghilang pada tahun 1877. Sementara Magdala hilang pada tahun 1882 saat berlayar dari Wales ke Indonesia.
Sementara kapal kedua diduga berjenis barque bernama West Ridge berawak 28 pelaut, yang lenyap ketika berlayar dari Inggris ke India pada tahun 1883, kata laporan Australian Museum.
Meskipun tidak ada bukti tentang apa yang menyebabkan bencana, lokasi penemuan sampel yang berada di sebelah timur rute perdagangan dari Eropa ke Asia menunjukkan bahwa mungkin kapal-kapal itu mungkin telah menuju ke pelabuhan tedekat di Australia untuk meminta bantuan.
Sampai saat ini, pencarian dua bangkai kapal itu serta MH370 masih terus berlangsung.
Sedangkan Ross Anderson mengatakan, penemuan mengenai dua bangkai kapal dari abad ke-19 itu merupakan produk sampingan yang signifikan dari pencarian MH370, yang sampai saat ini memasuki tahun keempat sejak hilang pada Maret 2018.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Rebutan Wewenang Mencari Bangkai Pesawat MH370
Perebutan kewenangan muncul dalam penyelidikan yang dipimpin pihak Malaysia atas hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 di Samudra Hindia empat tahun lalu. Empat penyidik kecelakaan udara sipil, termasuk otoritas yang menganalisis data penerbangan kotak hitam, telah dikesampingkan terkait alasan keterbatasan anggaran.
Dilansir dari laman Australia Plus pada Jumat, 9 Februari 2018, militer Malaysia ingin menggantikan mereka dengan tujuh pilot pesawat tempur Angkatan Udara dan pilot helikopter dengan pengalaman penyelidikan kecelakaan yang minim.
Penerbang utama militer Malaysia, Kolonel Lau Ing Hiong, mengonfirmasi penugasannya ke tim pencari. "Ya, benar," katanya.
Kolonel Hiong mengatakan perannya dalam tim adalah untuk mengantisipasi adanya kotak hitam MH370 yang ditemukan, tetapi membantah akan ada operasi militer untuk mengamankan kotak hitam tersebut.
Pihak-pihak yang terkait dengan penyelidikan dan tak bersedia disebutkan identitasnya mengatakan kepada ABC bahwa mereka khawatir langkah tersebut mengganggu independensi tim pencarian.
Salah satunya mengatakan kehadiran mereka yang tidak berwenang seperti personel Angkatan Udara di dalam kapal pencari bisa menimbulkan pertanyaan tentang rangkaian bukti-bukti.
Hal itu karena adanya konflik kepentingan personel militer antara pihak sipil dalam pencarian dan komandan militer mereka.
Namun, sumber dalam tim pencarian mengatakan pencarian MH370 telah terganggu karena kehadiran personel militer dalam tim.
Advertisement