Liputan6.com, Jakarta - Barisan polisi di Pulau Lesbos, Yunani, terpaksa melontarkan gas air mata dan granat kejut, guna membubarkan aksi demontrasi yang kian brutal, dalam upaya menentang kehadiran Perdana Menteri Alexis Tsipras.Â
Aksi protes yang berbuah ricuh itu dipicu oleh penolakan terhadap kebijakan Yunani dalam menangani masalah pengungsi, yang berlayar melintasi perairan Laut Mediterania.Â
Dilansir dari VOA Indonesia pada Jumat (4/5/2018), massa dalam jumlah besar berupaya menggulingkan sebuah bus polisi sebelum para petugas mengusir mereka. Tidak ada korban cedera yang dilaporkan. Protes itu menutup hampir semua toko dan bisnis di Lesbos.
Advertisement
Baca Juga
Warga Yunani yang tinggal di pulau itu dan empat pulau lainnya, mengaku marah dengan perjanjian tahun 2016 antara Yunani, Turki, dan Uni Eropa.
Para imigran dari Turki yang ingin ke Uni Eropa dirumahkan di pulau-pulau Yunani itu, untuk kemudian dideportasi kembali ke negara asalnya, kecuali mereka bisa mengajukan suaka di Yunani.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Diadang Birokrasi Rumit
Lebih dari 15.000 pengungsi yang berada di kelima pulau itu memakan waktu berbulan-bulan untuk mengajukan suaka, tetapi kerap diperhambat oleh birokrasi yang rumit.Â
"Ini keterlaluan. Setiap hari bus-bus berisi pengungsi tiba dan penuh," kata seorang demonstran. "Pemerintah harus melakukan sesuatu dan bawa orang-orang itu ke tempat lain."
Tsipras membela perjanjian dengan Uni Eropa dan Turki itu, mengatakan keadaan jauh lebih buruk sebelum adanya perjanjian itu.
Dia mengatakan pemerintahannya berusaha untuk memproses permohonan suaka secepat mungkin.
Â
Advertisement