Liputan6.com, Beograd - Gavric Momcilo adalah tentara termuda dalam sejarah. Pada usia 8 tahun bocah asal Serbia itu sudah resmi diangkat jadi serdadu.
Ia lahir pada 1 Mei 1906 di sebuah desa di Loznica, Serbia barat. Momcilo adalah anak kedelapan dari 11 bersaudara.
Keterkaitannya dengan dunia militer berawal dari sebuah tragedi. Kala itu, dunia sedang bergolak di tengah Perang Dunia I. Dua kekuatan global bertempur, yakni Entente Powers (Inggris, Prancis, Serbia, dan Kekaisaran Rusia, Italia, Yunani, Portugis, Rumania, dan Amerika Serikat) dan Central Powers (Jerman, Austria-Hungaria, Turki Ottoman dan Bulgaria).
Advertisement
Baca Juga
Awal Agustus 1914, tentara Austria-Hungaria dari Divisi Garda Depan Penjaga Kroasia ke-42 membunuh dan menggantung ayah, ibu, nenek, tiga saudara perempuan, dan empat saudara laki-lakinya.
Rumahnya juga dibakar, pun dengan seisi desa. Tak ada lagi yang tersisa. Gavric, yang pada saat kejadian tinggal bersama pamannya, lolos dari maut.
Panik dan sedih melihat apa yang terjadi pada keluarganya, Gavric lari tunggang-langgang menuju Pegunungan Gucevo, untuk mencari pertolongan. Saat itulah, ia bertemu dengan Divisi Artileri ke-6 Militer Serbia, yang kebetulan ada di sana.
Mendengar apa yang terjadi, pemimpin pasukan, Mayor Stevan Tucovic, menerima Gavric, dan memerintahkan salah satu tentara di unitnya, Milos Misovic, menjadi wali bagi bocah malang itu.
Kepada para tentara, Gavric mengungkapkan lokasi musuh. Malam itu, pada hari di mana keluarganya dibantai, ia telah membalaskan dendam kesumatnya. Anak kecil itu bahkan ikut dalam aksi bombardir yang diarahkan pada tentara Austria-Hungaria. Setiap hari, ia dibolehkan menembakkan tiga meriam ke arah musuh.
Seperti dikutip dari Al Arabiya, Sabtu (5/5/2018), pada pertengahan Agustus 1914, Gavric yang masih belia berpartisipasi dalam Pertempuran Cer di mana Serbia mengalahkan pihak Austria-Hungaria.
Tak lama kemudian, pada usia 8 tahun, ia menerima seragam yang khusus dibuat untuk tubuhnya yang mungil. Gavric bahkan diangkap jadi tentara dengan pangkat kopral.
"Gavric Momcilo bergabung dengan tentara perlawanan Serbia, menjadi tentara termuda dalam Perang Dunia I," demikian seperti dikutip dari Al Arabiya.
Pada 1915, pasukan Serbia kalah. Negara itu pun jatuh ke pihak lawan. Akibatnya, sejumlah tentara terpaksa melarikan diri, ke Yunani, lewat jalur tikus yang sempit, di tengah udara dingin yang beku.
Gavric ikut lari. Belakangan, karena keberanian dan daya tahan yang ia tunjukkan saat pelarian, membuatnya diganjar medali kehormatan.
Mereka tiba di Kota Thessaloniki, Yunani. Di sana lah, Gavric akhirnya menyelesaikan pendidikan dasarnya yang sempat terputus karena perang. Setelah militer Serbia dipulihkan, ia kembali bergabung dan ikut terjun berperang dalam Pertempuran Kaymakchalan pada 1916.
Di tengah Perang Dunia I yang masih berkobar, ia bertemu komandan militer Zivojin Misic.
Â
Saksikan video menarik di bawah ini:
Â
Promosi
Sang komandan militer Zivojin Misic takjub melihat Gavric, yang kala itu berusia 18 tahun, ikut dalam barisan tentara yang ada di garis depan.
Tanpa berpikir panjang, ia pun akhirnya menaikkan pangkat Gavric menjadi sersan.
Meski berkali-kali cedera, kondisi itu tidak menghentikan Gavric Momcilo untuk melanjutkan pertempurannya bersama tentara Serbia. Pada akhir Perang Dunia I, ia pun akhirnya menyaksikan kelahiran Yugoslavia.
Setelah pembebasan Beograd, Mayor Tucovic memastikan, Gavric akan menerima bantuan dari misi Inggris yang membantu anak-anak yatim perang di Serbia.
Dia dikirim ke Inggris, dan menyelesaikan pendidikannya di Henry Wreight School di Faversham, Kent.
Lulus pada 1921, Gavric kembali ke Serbia, menyusul perintah yang dikeluarkan Perdana Menteri Serbia Nikola Pasic.
Kala itu, sang perdana menteri minta agar orang-orang Serbia yang tercerai-berai akibat perang, untuk pulang.
Di Trbusnica, Gavric akhirnya bersatu kembali dengan tiga saudara laki-lakinya yang selamat dari pembantaian pada tahun 1914
Advertisement
Sempat Tak Diakui
Menurut putranya, Branislav Momcilo, kehidupan Gavric sepulang ke Serbia tak berjalan mulus.
Gavric kemudian kembali ke Beograd, di sana ia belajar desain grafis dan mengambil SIM. Ia juga menikahi istrinya, Kosara. Keduanya diketahui bekerja di pabrik kertas Vapa.
Pada tahun 1929, wajib militer adalah keharusan bagi para pemuda yang mencapai usianya.
Gavric kemudian melapor ke barak militer di Slavonska Pozega. Ia memberi tahu bahwa ia pernah bergabung dalam dinas militer, terjun ke garis depan, terluka dalam pertempuran, serta menerima medali penghargaan.
Namun, meski menyajikan bukti dokumentasi, keterangannya tak digubris. Gavric pun dijebloskan dalam penjara, atas tuduhan menghindar dari wajib militer.
Gavric Momcilo juga dijebloskan dua kali ke penjara di era Perang Dunia II. Pertama, tentara Nazi mengirimnya ke kamp konsentrasi di Belgrade.
Di penghujung perang, Gavric kembali ditahan atas tuduhan bekerja sama dengan Nazi. Untung, belakangan ia lolos dari hukuman mati.
Awalnya, tak ada satu pun monumen dibangun untuk mengenang kisah heroik Momcilo Gavric di tanah airnya.Â
Pada 1985, Presiden Prancis Mitterrand memberikan penghargaan kepadanya. Seorang jenderal berkata kepadanya, "Sayangnya Anda bukan tentara Prancis, jika iya, sebuah monumen akan dibangun untukmu di Champs-Élysées," demikian kisah yang dikutip dari Serbia.com.
Momcilo Gavric meninggal di Beograd tahun 1993, pada usia 87 tahun. Akhirnya, monumen yang mengenang perjalanan hidupnya yang luar biasa didirikan di Pulau Korfu dan di Museum Jadar di Loznica.
Pada tahun 2014, sebuah jalan di Loznica menyandang namanya. Pada 2 April 2015, pemerintah Serbia memutuskan untuk membangun monumen di Beograd yang didedikasikan untuk Gavric Momcilo.