Sukses

Konferensi Ulama Afghanistan-Pakistan-Indonesia Digelar 11 Mei di Jakarta

Konferensi ulama tripartit Afghanistan-Pakistan-Indonesia akan digelar pada Jumat 11 Mei 2018 di Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Konferensi ulama tripartit Afghanistan-Pakistan-Indonesia, yang membahas tentang perdamaian serta stabilitas di Afghanistan, akan digelar pada Jumat, 11 Mei 2018 di Jakarta.

Perampungan tanggal dan lokasi itu dilakukan saat pertemuan antara utusan presiden Afghanistan sekaligus Kepala Sekretariat Dewan Tinggi Perdamaian (HPC), Akram Khpalwak dengan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, di Jakarta pada Jumat, 4 Mei 2018. Demikian seperti dikutip dari VOA (6/5/2018).

"Ulama dan cendekiawan dari Afghanistan, Pakistan, dan Indonesia akan berpartisipasi dalam konferensi itu, yang ditujukan untuk membahas perdamaian dan stabilitas di Afghanistan," kata Khpalwak melalui Twitter, merangkum pertemuannya dengan Wapres Jusuf Kalla.

Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, Sekretariat Dewan Tinggi Perdamaian menjelaskan bahwa Afghanistan akan mengirim delegasi ulama dan cendekiawan sebanyak 20 orang. Identitas dan latar belakang afiliasi mereka belum diketahui.

Sedangkan, belum jelas jumlah serta identitas para ulama dari Pakistan dan Indonesia yang akan berpartisipasi dalam konferensi itu.

Konferensi Tripartit ulama Afghanistan-Pakistan-Indonesia digagas oleh Presiden RI Joko Widodo kala melakukan kunjungan kenegaraan dan bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Kabul pada Januari 2018 lalu.

Presiden Ghani, yang negaranya tengah dilanda konflik menahun, sangat menyambut baik inisiatif Presiden Jokowi. Ghani juga memandang Indonesia sebagai pihak yang netral demi mengupayakan proses perdamaian.

Di sisi lain, Wapres JK, dalam kunjungannya ke Kabul pada Februari 2018, juga telah mengatakan bahwa peran ulama Islam sangat penting untuk menempa jalan menuju perdamaian yang berkelanjutan di Afghanistan.

Pakistan, yang kerap dituduh komunitas internasional sebagai sekutu Taliban, turut menyambut dan mendukung inisiatif Indonesia menggelar konferensi tripartit tersebut.

Islamabad sendiri membantah menjadi sekutu Taliban, dengan berdalih bahwa penghentian konflik dan perdamaian di Afghanistanmerupakan kunci bagi stabilitas domestik Pakistan sendiri.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Tujuan Utama Konferensi

Seperti dikutip dari VOA, para pemimpin Indonesia berharap bahwa diskusi akan menghasilkan "kesepakatan bersama atau fatwa (dekrit)," guna membujuk Taliban mengakhiri kampanye kekerasan dan masuk ke perundingan perdamaian dengan pemerintah Afghanistan.

Partisipan konferensi tripartit juga mengharapkan para petinggi Taliban untuk menghadiri perhelatan tersebut. Namun, Taliban telah menolak konferensi yang diusulkan itu dan mendesak para ulama Islam untuk tidak hadir.

Kelompok militan itu juga terang-terangan telah mengabaikan tawaran rekonsiliasi dan perdamaian dari Presiden Ashraf Ghani.

Bentuk pengabaian itu dilakukan dengan kembali mengumumkan Al Khandaq atau Spring Offensive -- gerakan militansi yang rutin dilaksanakan kelompok itu pada musim semi setiap tahun -- pada Rabu, 25 April 2018.

Gerakan militansi itu juga ditujukan untuk merespons operasi militer Amerika Serikat, yang menurut Taliban, semakin beroperasi secara agresif sejak tahun lalu. Kelompok itu juga menilai, operasi militer itu merupakan bentuk paksaan AS agar Taliban mau berpartisipasi dalam dialog damai.

"(Oleh karenanya) kami akan menargetkan para penginvasi Amerika Serikat dan agen-agen intelijen mereka. Pendukung AS juga akan menjadi target sekunder kami," kata Taliban.

Taliban memberi nama gerakan militansi itu dengan sebutan Al Khandaq, mengadopsi nama peperangan yang dipimpin oleh Nabi Muhammad untuk mempertahankan Kota Suci Madinah. Pihak dan media Barat menyebutnya dengan nama Spring Offensive -- karena terjadi dalam kalender musim semi.

Pertempuran, serangan sporadis, hingga teror bom berdarah telah berlangsung di berbagai bagian negara. Ratusan orang tewas dan terluka dalam serangkaian serangan profil tinggi di Kabul dan beberapa kota besar lain di Afghanistan sejak awal tahun 2018.

Teranyar, ledakan bom kembar yang terkoordinasi dan terencana menghantam Kabul pada Senin, 30 April 2018 pagi waktu setempat.

Peristiwa itu menewaskan total 21 orang dan melukai 27 orang lainnya. Beberapa yang tewas di antaranya jurnalis kantor berita Prancis Agence-France Presse (AFP) bernama Shah Marai dan videografer televisi lokal TV TOLO.