Liputan6.com, Washington DC - Jaksa Agung Amerika Serikat (AS), Jeff Sessions, mengatakan Negeri Paman Sam akan mengambil sikap tegas terhadap para imigran gelap, yang nekat menyeberang secara ilegal di perbatasan Meksiko.
Salah satu yang menyita perhatian adalah kebijakan memisah penahanan orangtua dan anak, jika ketahuan melewati perbatasan tanpa izin resmi.
"Jika Anda menyelundupkan seorang anak, maka kami akan menuntut Anda, dan anak itu akan dipisahkan dari Anda seperti yang disyaratkan oleh hukum," ujar Sessions di sela-sela menghadiri seminar penegakan hukum di Kota Scottsdale, Arizona, awal pekan ini.
Advertisement
"Apabila Anda tidak menyukai itu, maka jangan menyelundupkan anak-anak di perbatasan kami (AS)," lanjutnya, sebagaimana dikutip dari Time.com pada Selasa (8/5/2018).
"Ketika Anda melewati perbatasan secara tidak sah, maka kami akan menuntut Anda. Sesederhana itu," tambah Sessions seraya menggambarkan kebijakan baru itu sebagai toleransi nol (zero tolerance) terhadap para imigran gelap.
Baca Juga
Mengikuti kebijakan terkait, Sessions juga meningkatkan jumlah aparat penegak hukum di perbatasan, yakni dengan mengirim 35 orang jaksa federal dan 18 hakim imigrasi ke wilayah barat daya.
Hal itu dimaksudkan untuk membantu menghalau 'kecolongan' terhadap imigran gelap yang berusaha melewati perbatasan darat.
Secara rinci, kebijakan ini nantinya membuat imigran gelap kategori dewasa yang dikenai denda , dikirim langsung ke pengadilan federal.
Sedangkan anak-anak yang turut serta diajak menyeberangi perbatasan secara ilegal, akan ditampung oleh Office of Refugee Settlement atau Kantor Pengembalian Pengungsi yang berada di bawah naungan Departemen Kesehatan dan Layanan Manusia.
Menurut Departemen Keamanan Dalam Negeri, 700 orang imigran anak telah dipisahkan dari orangtua mereka sejak awal tahun fiskal pada Oktober 2017.
Dijelaskan pula, bahwa pemisahan di atas biasanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu, tergantung bagaimana proses hukum, sebelum kemudian disatukan kembali dengan orang tua dan diusir keluar perbatasan.
Simak video pilihan berikut:
Pawai Ratusan Imigran Amerika Tengah
Sementara itu, kedatangan iring-iringan ratusan imigran di pos perbatasan San Diego pada pekan lalu, menandai akhir perjalanan mereka dengan berjalan kaki, naik kereta barang, dan bus yang dilakukan selama satu bulan dari Amerika Tengah.
Banyak imigran itu mengatakan mereka khawatir mengenai keselamatan di negara asalnya.
Para imigran, yang sebagian besar membawa anak-anak mereka, juga meninggalkan kamp penampungan di Tijuana -- tempat sebelumnya menginap.
Polisi dengan lampu mobil berkedip-kedip mengawal bus-bus itu ke lokasi unjuk rasa di dekat perbatasan di pantai Samudera Pasifik, di mana para pendukung berkumpul di kedua sisi pagar keamanan itu.
Ditanya bagaimana perasaannya ketika naik bis itu, Nefi Hernandez dari Honduras mengatakan kepada kantor berita Associated Press, bahwa ia merasa 'gugup'.
Ditambahkannya, imigran asal Honduras itu bermaksud mencari suaka bersama istri dan bayi perempuan yang lahir dalam perjalanan melintasi Meksiko.
Di sisi lain, Presiden Donald Trump dan anggota kabinetnya telah memantau rombongan para imigran ini sejak 25 Maret lalu, ketika mereka berada di kota Tapachula, Meksiko, di dekat perbatasan Guatemala -- di mana para pejabat eksekutif AS itu menyebut mereka sebagai ancaman terhadap Amerika.
Para pejabat pemerintahan Trump telah mengecam apa yang mereka sebut sebagai kebijakan 'catch and release', atau 'tangkap dan lepas', yang memungkinkan pemohon suaka untuk dibebaskan dari tahanan selagi permohonan klaim mereka diproses di pengadilan, yang dapat berlangsung selama satu tahun.
Advertisement