Liputan6.com, Washington DC - Mengkritik pemilu Venezuela yang akan digelar pada 20 Mei 2018, Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence menyebut perhelatan itu sebagai sebuah agenda politik palsu, yang diselenggarakan hanya demi melanggengkan kekuasaan Presiden Nicolas Maduro.
Hal itu diutarakan oleh Pence di hadapan delegasi Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS), di mana ia juga meminta Venezuela untuk menangguhkan pemilihan mendatang.
Venezuela sebelumnya telah beberapa kali mengganti jadwal pelaksanaan pemilu, yang seharusnya diadakan Desember 2018, kemudian dimajukan pada 22 April 2018. Hingga akhirnya ditunda Mei 2018.
Advertisement
Presiden Nicolas Maduro kembali mencalonkan diri untuk masa jabatan enam tahun.
"Pada hari pemilihan itu, rezim Maduro akan menggunakan kekuasaan otoriternya. Singkatnya, tidak akan ada pemilihan nyata di Venezuela pada 20 Mei dan dunia tahu itu. Ini akan menjadi pemilihan palsu dengan hasil palsu," kata Pence, seperti dikutip dari media politik AS The Hill, Selasa (8/5/2018).
Baca Juga
Di bawah Maduro, ekonomi Venezuela dan lembaga-lembaga demokrasi semuanya runtuh.
Pada tahun 2015, setelah Partai Persatuan Sosialis Venezuela (PSUV) kalah dalam pemilihan parlemen, Maduro bergerak untuk melucuti kekuasaan Majelis Nasional melalui majelis konstitusional yang dikritik secara internasional.
Uni Eropa juga menyerukan penundaan pemilihan.AS telah memberlakukan serangkaian sanksi kepada Venezuela.
Pence juga mengumumkan bahwa tiga orang yang terhubung dengan rezim Maduro akan ditetapkan sebagai gembong obat terlarang.
Ia juga meminta negara-negara lain untuk memutus bantuan keuangan, dan larangan perjalanan bagi anggota pemerintah. Sehingga membuat Maduro terkucil dan bertanggung jawab atas kehancuran demokrasi Venezuela.
Reporter : Ira Astiana
Sumber : Merdeka.com
Â
Saksikan juga video pilihan berikut ini: