Sukses

Prancis Tetap Berkomitmen pada Kesepakatan Nuklir Iran

Menlu Prancis menegaskan komitmen negaranya untuk tetap bertahan pada Kesepakatan Nuklir Iran.

Liputan6.com, Paris - Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, mengatakan bahwa Kesepakatan Nuklir Iran 'tidak mati'.

Berbicara kepada radio RTL, Le Drian mengatakan bahwa "Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Iran Hassan Rouhani akan berbicara pada hari Rabu (9/5), dan bahwa para menteri luar negeri Prancis, Inggris dan Jerman akan membicarakan keadaan dengan para pejabat Iran hari Senin pekan depan." Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (9/5/2018).

Rangkaian pertemuan itu dipandang sebagai upaya Prancis untuk menunjukkan konsistensi komitmennya terhadap Iran atas kesepakatan yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Hal senada juga telah diutarakan oleh pemimpin Prancis, Inggris, dan Jerman -- yang mana ketiga negara itu merupakan penandatangan JCPOA.

Kanselir Jerman Angela Merkel, PM Inggris Theresa May, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengeluarkan pernyataan gabungan yang menegaskan bahwa ketiga negara tetap berkomitmen terhadap Kesepakatan Nuklir Iran.

"Bersama, kami (Jerman, Prancis, dan Inggris) tetap akan melanjutkan komitmen kami terhadap JCPOA, yang mana, kesepakatan itu penting bagi keberlangsungan perdamaian di kawasan," jelas pernyataan gabungan tersebut.

Di sisi lain, Presiden Donald Trump, mengemukakan bahwa kesepakatan tersebut "tidak akan pernah membawa perdamaian", ujarnya kala mengumumkan penarikan diri AS dari JCPOA pada Selasa, 8 Mei 2018.

Trump juga mengatakan, bahwa 'bertahan pada JCPOA tidak akan mencegah Iran untuk menghentikan program pengembangan rudal nuklirnya'.

Iran sendiri telah berkali-kali membantah tuduhan yang dikemukakan oleh Trump. Bantahan itu juga turut didukung oleh laporan badan pengawas nuklir internasional atau IAEA yang menyimpulkan bahwa Tehran 'senantiasa mematuhi JCPOA sejak kesepakatan itu diberlakukan'.

Sementara itu, Menlu Le Drian mengemukakan, jika sekiranya AS masih khawatir terhadap keberlanjutan program senjata nuklir Iran, kekhawatiran itu sepatutnya tetap dibahas dalam koridor mekanisme JCPOA.

"Bicarakan dengan Iran tentang program senjata mereka. Bahas semua kemungkinan untuk merespons hal tersebut. Tapi mari, lakukan semua itu dengan tetap bertahan dalam koridor kesepakatan (JCPOA)," kata Le Drian kepada radio RTL seperti dikutip dari CNN.

JCPOA merupakan pakta kesepakatan antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB (China, Prancis, Rusia, Inggris, AS) plus Jerman dan Uni Eropa.

Menurut pakta itu, Iran dituntut untuk mengurangi stok uranium (bahan baku pembuat nuklir) hingga 98 persen dan berhenti menjalankan program pengembangan senjata nuklir. Kepatuhan Tehran terhadap Kesepakatan Nuklir Iran akan ditukar dengan pencabutan sanksi dari para negara penandatangan.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Amerika Serikat Keluar dari Kesepakatan Nuklir Iran

Pada Selasa, 8 Mei 2018, Donald Trump menandatangani memorandum presiden yang menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir Iran atau yang dikenali pula dengan sebutan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA). Tidak hanya itu, Donald Trump juga akan memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran.

Presiden ke-45 Amerika Serikat tersebut mengklaim bahwa kesepatan nuklir Iran yang dianggapnya "cacat", tidak menghentikan Teheran mengembangkan bom nuklir.

Iran dituding gagal berlaku jujur tentang ambisi nuklirnya, mendukung kelompok teroris, dan bertindak dengan cara yang semakin bermusuhan di Timur Tengah.

"Jelas bagi saya bahwa kita tidak bisa mencegah bom nuklir Iran di bawah struktur perjanjian saat ini yang rusak dan membusuk," ujar Donald Trump seperti dikutip dari Telegraph, Rabu (9/5/2018).

"Pada intinya, kesepakatan Iran cacat. Jika kita tidak melakukan apa-apa, kita tahu pasti apa yang akan terjadi. Hanya dalam waktu singkat, negara pemimpin sponsor teror dunia akan berada di titik puncak untuk memperoleh senjata paling berbahaya di muka bumi."

"Oleh karena itu, saya umumkan hari ini bahwa Amerika Serikat akan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran."

Donald Trump menambahkan, "Setiap negara yang membantu Iran dalam mewujudkan senjata nuklir dapat dikenakan sanksi keras oleh Amerika Serikat".

Inggris, Prancis, dan Jerman mengutuk kebijakan Donald Trump. Ketiganya pun berjanji akan tetap bertahan dengan kesepakatan nuklir Iran yang ditandatangani pada tahun 2015, saat pemerintahan Barack Obama.

Di lain sisi, kebijakan Donald Trump untuk hengkang dari pakta nuklir Iran, didukung oleh Israel, yang beberapa waktu lalu merilis apa yang diklaimnya data intelijen menyangkut program nuklir Iran. Sejumlah negara Arab, salah satunya Arab Saudi, juga menyambut baik keputusan Donald Trump.