Sukses

Kemenangan Mahathir Mohamad dalam Pemilu Malaysia Torehkan Sejarah

Kemenangan kubu oposisi Pakatan Harapan yang dipimpin Mahathir Mohamad dalam pemilu Malaysia mencatat sejumlah rekor.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pasca-kemenangan mengejutkan dalam pemilu Malaysia 2018, Mahathir Mohamad (92), mencatat sejarah sebagai pemimpin terpilih tertua di dunia, dan kelak ketika dilantik ia juga akan menjadi perdana menteri tertua di dunia.

Fakta penting lainnya terkait dengan pemilu Malaysia, yakni oposisi berhasil menumbangkan koalisi Barisan Nasional (BN) untuk pertama kalinya sejak kemerdekaan negara itu pada tahun 1957.

Seperti dikutip dari BBC, Kamis (10/5/2018), Mahathir yang memimpin Malaysia selama 22 tahun sebelum akhirnya pensiun pada 2003, kembali ke panggung politik untuk menantang mantan anak didiknya yang juga perdana menteri Malaysia saat ini, Najib Razak.

Najib tengah berada di pusaran skandal korupsi 1MDB.

1MDB adalah lembaga investasi yang didirikan pemerintah Negeri Jiran untuk memberikan manfaat pada rakyatnya. Gagasannya, 1MDB akan berinvestasi dalam sejumlah proyek di seluruh dunia, kemudian keuntungannya akan dikembalikan pada rakyat Malaysia.

Namun, dalam praktiknya, organisasi ini dituduh telah menyedot dana negara ke rekening pribadi PM Najib dan orang-orang dekatnya.

Kini, Amerika Serikat dan sejumlah negara lainnya tengah menyelidiki dugaan penggelapan dan pencucian uang lintas batas terkait 1MDB.

Dalam upayanya melawan Najib, Mahathir menegaskan bahwa koalisi yang dipimpinnya "akan memulihkan supremasi hukum".

Hingga saat ini, Najib belum mengomentari respons atas kemenangan Mahathir.

Hasil penghitungan resmi menunjukkan bahwa oposisi Pakatan Harapan berhasil mengamankan 113 dari 222 kursi parlemen yang diperebutkan. Jumlah tersebut cukup untuk bisa membentuk pemerintahan.

Ketika mendeklarasikan kemenangannya di Kuala Lumpur, Mahathir mengatakan bahwa koalisinya mengamankan "tidak hanya beberapa suara, tidak hanya beberapa kursi, melainkan mayoritas yang sangat substansial".

Mahathir berharap, pelantikannya akan berlangsung pada hari Kamis dan akan ada libur selama dua hari.

"Tapi tidak akan ada libur bagi para pemenang."

Para pendukung oposisi semalam tumpah ruah ke jalan-jalan untuk merayakan kemenangan.

"Saya merasa bahwa dengan perubahan ini kita mungkin dapat melihat sesuatu yang lebih baik di masa depan," kata Suva Selvan, seorang dokter berusia 48 tahun, kepada AFP.

"Harapan kami untuk masa depan adalah pemerintahan yang lebih baik, adil, bebas dan bersatu."

 

Saksikan video terkait pemilu Malaysia berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kilas Balik

Di bawah kepemimpinan Mahathir, Malaysia menjadi salah satu macan Asia. Itu merupakan sebutan bagi sejumlah negara yang perekonomiannya berkembang pesat pada 1990-an.

Namun, di lain sisi, Mahathir dicap sebagai sosok otoriter yang menggunakan undang-undang keamanan kontroversial untuk membungkam lawan-lawan politiknya.

Salah satu contoh kasus paling mengemuka adalah pemecatan mantan Wakil Perdana Menteri Anwar Ibrahim, yang kemudian diikuti dengan tuduhan korupsi dan sodomi setelah ia menyerukan reformasi ekonomi dan politik pada tahun 1998.

Mahathir merupakan mentor bagi Najib. Ia bertanggung jawab membawa Najib ke puncak kepemimpinan di Negeri Jiran. Hal itu diakuinya secara blak-blakan.

"Kesalahan terbesar yang saya buat dalam hidup saya adalah memilih Najib," kata Mahathir, seperti dikutip dari Channel News Asia pada Rabu, 5 Mei 2018, di hadapan massa pendukungnya.

Mahathir menakhodai Malaysia pada 16 Juli 1981 hingga 31 Oktober 2003. Di bawah kepemimpinannya, Malaysia mengalami modernisasi yang pesat. Ketika pensiun pada 2003, ia mengangkat Abdullah Ahmad Badawi sebagai penggantinya, dan setelahnya, ia menyokong Najib untuk mengambil alih kursi perdana menteri.

Mahathir meninggalkan United Malays National Organisation (UMNO), kendaraan politik yang menaunginya sekaligus partai utama di koalisi Barisan Nasional, pada tahun 2016. Ia mengatakan, "Malu dikaitkan dengan pihak yang mendukung korupsi -- merujuk pada skandal 1MDB."

Sejak saat itu, ia mendirikan Parti Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) dan mengatakan akan kembali mencalonkan diri lewat bendera koalisi yang dibangunnya bersama Anwar Ibrahim.

Terkait usianya yang sudah mendekati seabad, Mahathir mengatakan, ia hanya akan memerintah selama dua tahun sebelum akhirnya mengundurkan diri. Ia berjanji akan mendapatkan pengampunan bagi Anwar Ibrahim, yang saat ini masih ditahan akibat tudingan sodomi, hingga memungkinkan bagi mantan musuhnya tersebut untuk menempati kursi perdana menteri.