Liputan6.com, Kuala Lumpur - Malaysia menyambut era baru. Sepanjang hari kemarin, rakyat Malaysia dihadapkan pada salah satu pertempuran sengit di papan catur politik dalam negeri mereka.
Hasilnya, sungguh di luar dugaan. Belum pernah terjadi dalam sejarah Negeri Jiran, koalisi Barisan Nasional yang telah berkuasa sejak kemerdekaan Malaysia tahun 1957 dikalahkan.
Di bawah kepemimpinan Mahathir Mohamad (92), oposisi Pakatan Harapan muncul sebagai pemenang pemilu Malaysia dengan perolehan mayoritas kursi parlemen.
Advertisement
Hasil penghitungan resmi yang dilansir BBC menunjukkan bahwa oposisi Pakatan Harapan berhasil mengamankan 113 dari 222 kursi parlemen yang diperebutkan. Jumlah tersebut cukup untuk bisa membentuk pemerintahan.
Kekalahan koalisi Barisan Nasional yang dipimpin Najib Razak (64) digambarkan sangat pahit. Karena dalam dua hari ke depan, partai utama di koalisi Barisan Nasional, United Malays National Organisation (UMNO) akan memperingati hari ulang tahun ke-72 dan 62 tahun berkuasa di pemerintahan.
Baca Juga
Alih-alih berpesta, Najib kini justru harus mengakui kekalahannya.
"Saya menerima putusan rakyat," ujar Najib, seperti dilansir Channel News Asia, Kamis (10/5/2018), dalam pidato konsesinya di markas koalisi Barisan Nasional.
Najib digambarkan cukup tenang saat mengakui kekalahannya.
"Kami sudah melakukan yang terbaik. Kami bangga dengan apa yang sudah kami torehkan," tutur Najib, merujuk pada apa yang diklaimnya sebagai prestasi di bawah pemerintahannya selama sembilan tahun.
Najib mengklaim berhasil meningkatkan taraf hidup rakyat Malaysia, menciptakan lebih dari tiga juta lapangan pekerjaan, dan memacu perekonomian negara.
Â
Saksikan video terkait pemilu Malaysia berikut ini:
Najib: PM Berikutnya Akan Diputuskan oleh Raja
Dalam pemilu Malaysia 2018, koalisi Barisan Nasional hanya mampu meraih 79 kursi.
Di samping mengakui kekalahannya, Najib juga mengucap terima kasih kepada para pendukungnya. Ia berjanji pada mereka untuk membangun kepercayaan yang lebih lagi terhadap koalisinya di masa depan.
Dalam kesempatan yang sama, Najib menekankan bahwa tidak ada satu pun partai yang memenangi mayoritas sederhana dalam pemilu Malaysia sehingga raja kelak akan memutuskan siapa yang menjadi perdana menteri berikutnya.
Najib menggambarkan pemilu ke-14 Malaysia sebagai "a close fight", yang menandai prinsip demokrasi, tetapi juga mengklaim "fitnah dan hasutan" telah digunakan sebagai senjata melawan Barisan Nasional.
"Barisan Nasional akan menerima keputusan raja," ujarnya.
Sebelumnya, Mahathir telah lebih dulu mengklaim kemenangan Pakatan Harapan, kejayaan koalisi pertama dalam sejarah Malaysia.
"Kami telah mencapai mayoritas yang sangat substansial," katanya dalam konferensi pers.
Advertisement