Liputan6.com, Kuala Lumpur - Mulai Sabtu 12 Mei 2018, mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dan istrinya, Rosmah Mansor dilarang ke luar negeri. Mahathir Mohamar mengaku memerintahkan pencegahan itu.
"Benar, saya yang mencegah Najib pergi, dia dan istrinya," kata Mahathir Mohamad, ketika mengumumkan tiga anggota kabinetnya, seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (12/5/2018).
Advertisement
Baca Juga
Perdana Menteri ke-7 Malaysia itu menambahkan, ada alat bukti yang cukup untuk melakukan investigasi terhadap Najib Razak.
"Ada banyak keluhan tentang dia (Najib Razak), yang kesemuanya harus diselidiki," kata Mahathir Mohamad.
"Kami menemukan, sejumlah keluhan valid. Dan, kami harus bertindak cepat karena kami ingin dibebani dengan persoalan ekstradisi dari negara lain."
Politikus berusia 92 tahun tersebut juga mengumumkan bahwa ia akan mencopot Mohamed Apandi Ali dari jabatan jaksa agung Malaysia.
Apandi sebelumnya dianggap membersihkan nama mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dari kasus megakorupsi 1MDB.
"Kami sengaja memberlakukan pembatasan pada orang-orang tertentu yang terlibat dalam pelanggaran atau membuat keputusan yang salah," kata dia. "Jadi, saat ini, kita tak lagi memiliki jaksa agung."
Mahathir Mohamad juga mengaku telah menginstruksikan agar data-data mengenai 1MDB yang diklasifikasikan sebagai 'rahasia negara' selama masa pemerintahan Najib untuk dirilis.
Saat dimintai keterangan, Apandi membantah telah menyembunyikan bukti-bukti terkait 1Malaysia Development Berhad.
Ia berdalih, keputusannya itu berdasarkan fakta-fakta yang bisa dipertanggungjawabkan, baik secara prosedural maupun subtantif.
"Berdasarkan hati nurani. Saya akan bersikap transparan dan akan menguak semuanya," kata Apandi seperti dikutip dari New Straits Times. "Tak ada yang disembunyikan. Dan saya tidak bertindak atas dasar motif atau agenda tersembunyi."
Â
Saksikan video menarik terkait tangapan Najib Razaj atas pencegahan dirinya:
Insiden Pencegatan Sabtu Pagi
Keputusan cegah disampaikan Departemen Imigrasi Malaysia sesaat setelah kehebohan yang terjadi di Bandara Subang, pada Sabtu pagi.
Kala itu, massa berupaya mencegat Najib dan istrinya yang dikabarkan akan terbang dengan pesawat carteran menuju Indonesia.
Pada Sabtu pagi, Najib Razak mengaku butuh 'istirahat singkat' setelah proses Pemilu 2018 yang melelahkan dan berakhir mengejutkan. Ia kalah di tangan mantan mentornya, Mahathir Mohamad.
"Saya akan mengambil istirahat singkat untuk menghabiskan waktu bersama keluarga yang tidak sempat saya temui dalam beberapa tahun terakhir. Saya berharap, setelah periode yang penuh perpecahan ini, negara akan kembali bersatu," kata Najib dalam akun Twitternya.
"Saya minta maaf atas segala kekurangan dan kesalahan, dan saya berterima kasih kepada Anda, rakyat, atas kesempatan untuk memimpin bangsa kita yang besar ini."
Dan, ketika 'istirahat sejenak', ia akan mempertimbangkan posisinya sebagai presiden UMNO dan ketua koalisi Barisan Nasional.
Kemudian, di dunia maya beredar manifes yang menyebut, Najib dan istrinya akan terbang dari Subang ke Jakarta, pada Sabtu pagi.
Kemudian, sekitar 40 warga Malaysia, beserta para jurnalis menuju ke Bandara Subang, sebuah lapangan terbang kecil di luar Kuala Lumpur, pada Sabtu dini hari.
Polisi antihuru-hara juga disiagakan di depan gerbang, yang diyakini akan menjadi pintu masuk Najib ke bandara.
Dalam akun Twiternya, Najib Razak mengaku telah mengetahui larangan tersebut.
"Saya mendapat informasi bahwa pihak imigrasi tak akan mengizinkan saya dan keluarga untuk meninggalkan negara ini," kata Najib Razak.
"Saya menghormati arahan dan akan tetap bersama keluarga saya di dalam negara ini."
Saya telah dimaklumkan bahawa Jabatan Imigresen Malaysia tidak membenarkan saya dan keluarga ke luar negara. Saya menghormati arahan tersebut dan akan bersama keluarga dalam negara.
— Mohd Najib Tun Razak (@NajibRazak) May 12, 2018
Advertisement