Liputan6.com, Singapura - Singapura akan menjadi lokasi pertemuan bersejarah antara Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Negara kota yang luasnya tak seberapa itu menyingkirkan kandidat lainnya, yakni zona demiliterisasi (DMZ) di Pamunjon, Mongolia, bahkan Beijing. Padahal, China adalah mitra dagang terpenting Pyongyang.
Namun, sekali lagi, selain bandaranya yang mengagumkan dan taman-taman yang indah dan tertata rapi, mengapa Singapura jadi pilihan?
Advertisement
Baca Juga
Seperti ditulis kontributor BBC, Karishma Vaswani, Korea Utara diduga kuat merasa nyaman dengan Singapura.
Pertama, Korut berbisnis dengan Singapura. Negeri Singa ada di urutan kedelapan pada 2016, namun nilainya hanya sekitar 0,2 persen dari total perdagangan Korea Utara.
Hingga tahun lalu, Singapura masih menjalin hubungan dagang dengan Pyongyang. Dan, baru belakangan, perjalanan bebas visa antara kedua negara dihentikan.
Singapura juga menjadi satu dari sedikit negara yang masih memiliki Kedutaan Besar Korea Utara. Dan, meski sanksi PBB telah dijatuhkan pada rezim Kim Jong-un, setidaknya dua perusahaan Singapura diduga masih terus berbisnis dengan Korut.
Sementara itu, kapal-kapal yang mengangkut kargo antara Pyongyang dan Singapura sering tidak terkendali atau tidak diawasi, demikian yang dilaporkan Washington Post pada 2016.
Lebih dari itu, Kim Jong-un secara pribadi juga merasa nyaman dengan Singapura. Menurut sumber intelijen, ia merasa aman dengan negara kota itu. Dinasti Kim konon punya rekening di sana, dan diyakini pernah datang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.
"DPRK dan Singapura punya hubungan dekat dalam hal ekonomi dan diplomatik," kata Michael Madden, dari US-Korea Institute di Johns Hopkins University, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (12/5/2018).
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Singapura mengaku telah melarang institusi keuangan di sana untuk menyediakan bantuan keuangan atau memberikan layanan untuk memfasilitasi perdagangan pihak Kim Jong-un.
Saksikan video menarik berikut ini:
Negara Netral
Ada juga hal lain yang membuat Singapura menarik. Ankit Panda dari The Diplomat mengatakan, Negeri Singa dikenal sebagai non-partisan, bukan pihak yang menandatangani Statuta Roma dari Pengadilan Pidana Internasional.
Secara teoritis, tak ada ancaman yang dihadapi Kim Jong-un. Ia tak akan diseret dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia selama di sana.
Juga, tak akan ada aksi demonstrasi yang mungkin digelar, baik terhadap Kim Jong-un maupun Donald Trump.
Selain itu, Singapura punya rekam jejak sebagai lokasi pertemuan pihak-pihak yang berseteru atau beda pandangan. Pada 2015, Singapura jadi tuan rumah pertemuan antara pemimpin China dan Taiwan.
Meski, tidak mudah menjadi pemain geopolitik dalam iklim global saat ini. Itu berarti, harus siap berurusan dengan Donald Trump yang kerap meledak-ledak. Pun dengan China yang sedang bangkit.
Namun, sejauh ini, Singapura bisa menjembatani semua pemain utama, AS, China, bahkan Korut.
"Jadi, jangan mengira pertemuan antara Pyongyang dan Washington hanya sebuah pertemuan politik. Bayangkan juga sebagai negosiasi bisnis, yang dipimpin oleh dua pembuat kesepakatan terbesar di kancah politik global sekarang," kata kontributor BBC, Karishma Vaswani, dalam artikel berjudul Why North Korea's Kim Jong-un feels comfortable with Singapore. "Singapura memainkan peran sebagai arbiter, dan tuan rumah yang glamor."
Advertisement